“Kreativitas adalah menular” – Albert Einstein.
Mendengar kata kreativitas masuk ke dalam ranah pendidikan, langsung menumbuhkan harapan dan perubahan baru yang memberikan semangat geliat terhadap pertumbuhan masa depan anak-anak bangsa. Jika mengingat masa sekolah dulu, yang banyak berkutat dengan pelajaran hafalan, sempat membuat saya mati kutu. Jujur, saya tidak pernah menyukai mata pelajaran hafalan. Sempat terlintas di kepala saya, bagaimana dengan murid-murid yang tidak suka pelajaran menghafal tetapi mau tidak mau (dipaksa) mengikuti gaya pelajaran seperti itu. Bagi saya – saat itu – hanyalah menjalankan kewajiban dan tidak bisa keluar dari kotak yang dipagari tembok-tembok tinggi. Jelas, ini tidak memberikan keleluasaan bagi saya untuk mempelajari hal-hal lebih luas lagi.
Ketika mulai bekerja, saya mulai mempelajari kreativitas secara otodidak dan hal ini dapat mengembangkan kepribadian sekaligus tingkat produktivitas dalam bekerja. Bidang pekerjaan dan jurusan yang saya ambil di sekolah, sangat lah berbeda atau orang sering menyebut “nggak nyambung”. Saya berpikir, buat apa mengambil pelajaran yang bukan kita minati dan harus menempuh waktu pendidikan yang cukup lama? Ditambah bidang pekerjaan yang jauh berbeda atau tidak sesuai dengan sewaktu sekolah atau kuliah dulu.
Bagi saya, hal tersebut bisa menghambat perkembangan cita-cita atau impian dan sudah seharusnya, sejak kecil, anak-anak diajarkan untuk mengenali bakat dan minatnya sendiri. Sehingga pemborosan waktu dan energi tidak terbuang percuma.
Tahun 2014, Pemerintah mencanangkan “Wajib Belajar 9 Tahun”, sebuah sistem pelajaran yang lebih menekankan kreativitas dibanding sistem terdahulu. Pemerintah mengenalkan “Kurikulum 2013” yang bertujuan menghasilkan produktitivitas, kreatif, inovatif, dan afektif.
Sekarang, mari kita mengenali apa yang ada dalam Kurikulum 2013. Jika sebelumnya, murid belajar hanya tergantung buku teks dan guru, di kurikulum baru, murid dan guru mempunyai buku teks masing-masing yang berbeda. Murid akan mempelajari bagaimana cara belajar, mengapa belajar, dan apa yang dipelajari dari pelajaran tersebut. Murid diberi ruang seluas-luasnya mengali pengetahuan, mengasah ketrampilan, dan bersikap.
Bagaimana murid mampu berproses dalam terapan kurikulum 2013 di sekolah? Ini menarik dan sudah sepantasnya rakyat Indonesia menyambut gaya belajar baru yang sistematis. Dalam proses pembelajaran, murid diajak untuk aktif, kritis, terbuka, kreatif, mengenali perasaan, berani mengambil keputusan serta bersikap dan percaya diri.
Untuk menjaring pengetahuannya, murid diturut-sertakan menganalisa, mengaplikasikan, mengerti, mengenal/mengetahui sekaligus mengingat pelajaran. Disamping itu, murid dipacu melakukan komunikasi, berasosiasi atau kolaborasi (bekerja sama), bereksprimen, bertanya, dan mengobservasi (mengamati). Hal ini bertujuan agar murid bisa mengembangkan kemampuannya atau skil. Pengetahuan dan ketrampilan akan menghasilkan kemandirian kualitas diri dalam menghadapi kompetensi. Murid juga akan mempelajari cara berorganisasi serta menghayati/memahami sebuah proses, menilai, merespon, dan menerima – area untuk menghasilkan sikap (attitude) bagi murid.
Bagi individu, pengetahuan saja tidak cukup agar mampu bertahan dalam hidup dan persaingan di jaman sekarang ini. Setiap individu juga harus bisa mengembangkan kemampuannya secara kreatif , berpikir kritis dan memiliki karakter kuat. Karakter anak bangsa bisa menunjukan bagaimana karakter negara tersebut. Dari karakter akan terlihat, apakah individu tersebut telah memiliki tanggung jawab atau tidak; apakah ia punya sikap toleransi terhadap diri dan manusia lainnya (lingkungan) ; apakah ia termasuk individu yang produktif; apakah ia mampu beradaptasi di lingkungan, situasi dan kondisi juga permasalahan baru yang dihadipinya ; apakah ia punya sense, taste, dan empathy?
Setiap individu memiliki bakat dan minatnya sendiri, dalam mengembangkannya diperlukan kreativitas cantik agar hasil kreativitas mempunyai nilai yang tidak biasa. Individu, baik itu orang dewasa atau anak-anak, akan selalu dipacu menghasilkan ide-ide dan ‘produk’ yang cemerlang. Tidak hanya memegang teguh ketrampilan, namun individu perlu melengkapi ilmu dan pengetahuannya seluas-luasnya. Dan, apa gunanya bila pengetahuan dan ketrampilan cakap tapi mempunyai karakter yang tidak baik, bahkan cacat? Saya rasa, Anda tahu apa yang saya maksud dan tahu bagaimana turut menerapkan dan menalarkan cara pembelajaran Kurikulum 2013 bagi anak-anak Anda di rumah.
Kurikulum 2013, jelas mampu menghasilkan anak-anak bangsa yang cerdas, terbuka, jujur, mandiri, dan kreatif, apalagi kita dituntut mandiri dan bersaing sehat dalam kemajuan globalisasi di masa kini dan masa mendatang. Sehingga Indonesia tidak akan menjadi negara ketinggalan.
“Education is what survives when what has been learnt has been forgotten.” – Skinner
-Gambar diambil dari Kemdikbud.go.id