Peran Wanita Menjadi ‘Medianya’ dan Media’ Generasi Penerus

4
963
Copyright: Sari Novita

Sepertinya  semua orang, baik wanita maupun pria tahu manfaat yang bisa diambil dari internet. Nyatanya, Serempak bakal melakukan Road Show ke kota-kota untuk memperkenalkan penggunaan dan manfaat internet. Di kota besar pun, tidak semua masyarakat bisa merasakan internet. Masalah pendidikan, akses, ekonomi, dan kebutuhan bisa jadi penyebabnya. Mengenai kebutuhan, apakah wanita (yang tidak mengakses internet) benar-benar memerlukannya? 

Road Show Serempak akan lebih dalam untuk mengetahui masalah yang ada, apa yang diinginkan, dan social value terhadap wanita di Indonesia.

            Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) banyak dampak positifnya tapi ada pula  dampak negatifnya. Dalam hal ini banyak kasus wanita dan anak yang mengalami pemerkosaan, penculikan anak/wanita, dan penipuan. Dan masih banyak wanita di kota besar maupun di kota kecil belum mengetahui pemanfaatan TIK khususnya internet yang bisa mengangkat kesejahteraan dan kesetaraan mereka. Tinggal di kota besar  belum tentu  menjamin perempuan bahkan pria tahu soal kegunaan internet. Tidak sedikit menganggap social media sebagai alat yang kurang penting. Contohnya artis Nova Eliza yang pengakuaannya  tidak jauh berbeda dengan saya – saat Serempak mengadakan sosialiasi Road show “Pemberdayaan Perempuan dalam TIK”, Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta, 1 Agustus 2016.

            Sebetulnya bukan berpikiran kurang penting. Kalau saya lebih menyukai hal privacy, tidak suka posting  foto keluarga, foto narsis, blog, atau kegiatan yang bisa saja bikin enek orang lain. Apalagi jika melihat posting aktivitas/teks status yang itu-itu saja (galau, nyinyir, politik yang ikut-ikutan). Jujur sih, saya selalu nyatus nggak penting, dan mungkin juga orang lain enek melihatnya. Haha.

Tapi pemikiran dan perilaku saya “dihajar” teknologi yang entah mengapa semua itu seperti tuntutan. Hampir semua teman dari segala profesi  menceritakan keberhasilan (kalau terkait karya saya tidak masalah), foto keluarga, foto narsis, jalan-jalan, kegiatan, de el el. Bagi blogger atau siapa pun, posting keberhasilan bisa menjadi penilaian prestasi oleh pihak klien. Dari isi teks status, dan konten foto/video pun, orang lain/klien pun dapat menilai perilaku, pengalaman, psikologis dan cara berpikir si pembuat status. Saya bukannya tidak suka hal itu, justru  malah senang karena bisa mengambil inspirasi (karakter-karakter yang bisa dijadikan contoh) atau sumber tulisan. Saya juga suka melihat post status tentang tempat wisata unik, wawasan yang belum saya ketahui, seni, sastra, dan yang konyol (humor) sekalian.

            Beberapa waktu lalu, saya membaca postingan seorang editor majalah travel dan travel blogger, Teguh Sudarisman di Facebook-nya, “Media cetak sekarang nggak laku, bukan karena minat baca yang kurang, tapi karena semua orang (juga perusahaan) kini telah berubah menjadi media.”

            Postingannya banyak yang membuat orang tertawa, banyak juga yang memberikan likes, dan reacted love. Saya sendiri tertawa tapi membenarkan apa yang ditulisnya. Media cetak pudar, media online berjaya. Tapi apakah semua media online saat ini dijamin isinya bisa mendidik dan menginspirasi masyarakat?  Apa yang di-post di internet melalui social media maupun media online bagai ombak yang terus tinggi dan tak pernah bertepi.  Dan tidak ada  pengontrolan dalam hal ini kecuali situs porno.

Tapi banyak juga post status di media sosial yang menginspirasi, pencarian orang hilang, dan bantuan dana. Lebih seksinya lagi, saya melihat seorang pemain teater mem-post foto-foto setelah pertunjukannya,  tidak sedikit orang-orang me-review/mengulas karyanya di kolom komentar dengan sudut pandang yang berbeda.  Hal ini bisa memberikan feedback dan semangat yang baik bagi si seniman. Ia bisa tahu komentar-komentar yang benar-benar  apa yang dirasakan penontonnya melalui kolom komentar.

Otomatis apa yang di-share-nya akan  diketahui orang bila banyak yang membicarakannya (shared), jadi buat apa media online jika semua peristiwa bisa dimediakan setiap orang. Saya setuju status Teguh Sudarisman, semua orang menjadi medianya sendiri. Seburuk atau sebagus apapun, semua itu adalah kita.

            By the way, Saya dan Nova Eliza adalah salah satu contoh yang tidak baik diikuti apalagi Nova seorang public figure yang kini giat kampanye kekerasan perempuan. Saya bukan siapa-siapa tapi sudah mulai memosting selfie cam yang norak dan sedikit sinting itu di akun IG dan Path pribadi. Sebenarnya selain posting “jualan diri” maupun jualan kue, barang, karya, dan banyak lagi,  sosial media berfungsi sebagai alat interaksi dan ajang silatuhrahmi yang bisa mempererat hubungan/relasi. Tahu dunk kalau silahturahmi itu bisa membawa rezeky dan manfaatnya banyak sekali.

Sebelum melangkah memanfaatkan internet sebagai ruang media buat wanita, perlu mengenali siapa sebenarnya internet termasuk dampak negatifnya.

Dampak Negatif Internet & Program Serempak

            Faktor akses dan dampak negatif masih menjadi “PR” negeri ini. Mengenai akses, Kominfo juga punya program yang mendukung program KPPPA – bagaimana infrastruktur yang dibangun dapat dinikmati perempuan di Indonesia. Dengan target 2019 “Go Digital” – tidak ada lagi blank spot di Indonesia untuk mendapatkan informasi, setiap penduduk diharapkan dapat menikmati faslitas ini.

            Masalah dampak negatif bisa menjalar ke mana-mana dan terus berulang. Bisakah kita mengantisipasi kasus-kasus seperti di bawah ini yang berhubungan dengan internet?

  • Cybercrime: hacking, cyberstalking, cyber terrorism, fraud & financial crimes, copyright infringement , etc.
  • Pelecehan seksual, pornografi/portitusi
  • Pencemaran nama baik
  • Psikologi & perilaku anak, kesehatan mental : malas belajar, social isolation, dangerous connection with the strangers, bullying, social anxiety, dan lain-lain. Berlaku juga terhadap remaja dan orang dewasa.
  • Pertikaian keluarga bahkan perceraian
  • Trackfikking (3 ends)
  • Krisis bahasa Indonesia yang benar: Tak ada aturan ejaan, tata bahasa, dan penggunaan bahasa slank/kekinian.

Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, tahun 2016 saja pengguna internet telah mencapai 88.1 juta orang. Penguna terbesar 51% adalah wanita, sedangkan pria 49%. Presentase, MEA, pendidikan, ekonomi, dan internet – perkembangan interaksi di social media membuat KPPPA dan Serempak yang diketuai Martha Simanjuntak, SE, MM, tergerak mengambil tema “Pendayagunaan potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan perempuan.”

Perempuan. Mengapa ya saya lebih memilih kosakata “wanita” dibanding “perempuan”. Wanita terasa  lebih elegan, utuh, memancarkan cahaya, lembut, cerdas, dan full of love. Loh, pembahasannya sudah keluar dari topik.  Balik ke topik,  Serempak dan Penasehatnya, KPPPA kali ini memfokuskan pada pemberdayaan untuk mengurangi kasus dampak negatif internet, menggali potensi (mis:peluang wirausaha), dan persiapan masa depan.

Untuk menurunkan tingkat dampak negatif internet, Serempak dan KPPPA punya program blokir, seperti mengnon-akseskan konten pronografi. Walau dari segi ini, konten pornografi dapat muncul kembali, entah itu dengan judul atau link berbeda tapi konten yang sama. Soal games juga punya problema, tidak hanya membuat anak tidak ingin belajar dan menjadi adiktif.  Tapi games ada yang berunsur kekerasan. Peranan masyarakat luas dan wanita dalam mengkaji konten games perlu dilakukan dengan melihat klasifikasi usia.

Mengenai pengunaan internet pada anak-anak, wanita sebagai orangtua perlu menerapkan batas dan keseimbangan.

  • Membuat jadwal penggunaan dengan kesepakatan bersama antar anak dan orangtua.
  • Mengenali pribadi anak, bakat dan minat, pendekatan komunikasi dan emosional, dan membangun keharmonisan sejak dini.
  • Memberikan pemahaman dampak positif dan negatif, sosialisasi, cinta kasih, rasa percaya diri, dan etika.
  • Mengenali teman-teman anak dan mendampingi anak saat berinternet.
  • Mengajak anak berkegiatan sosial, wisata alam, dan turut serta dengan kegiatan yang mereka suka.

KPPPA dan Serempak selain melakukan program di atas, memberikan 1 juta domain gratis selama setahun untuk UKM. Sekitar 8 juta UKM telah menerima dan menikmati program tersebut. Target tahun ini, mereka akan merekrut 350 UKM dan 1000 interpreneur tahun 2020. Penjualan online/e-commerce memang telah  menjadi trend. Manfaat internet bagi wanita selain untuk bersosialisasi, juga bisa meningkatkan pendapatan ekonominya. Meski melakukan jualan online di rumah, masih bisa memasak, dan antar jemput anak, wanita perlu awas diri. Karena internet bisa membuat kecanduan dan kesibukan jualan online bisa mengurangi kepedulian dan perhatian kepada anak dan suami.

Tantangan peluang, teknologi, pendidikan, ekonomi sekaligus dampak negatifnya, dibutuhkan wawasan, pemahaman, kesadaran, kepedulian, tanggungjawab, dan lainnya. Rasanya kemajuan dalam bentuk apapun memiliki konsukuensinya sendiri. Memanfaatkan teknologi untuk hal positif, mengapa tidak? Wanita di pelosok-pelosok maupun di kota besar (yang belum memanfaatkan internet)  punya hak untuk menerima dan menikmati kemajuan teknologi.

Sebelum mereka mendapatkan itu, wanita bakal menjadi “media”nya, Serempak perlu secara langsung memberikan pengetahuan, berbicara dan mendengarkan suara-suara mereka dengan konsisten/kontinyu. ‘Media’ yang bukan saja untuk dirinya tapi ‘media’ untuk generasi penerusnya.

Karena media bisa saja menjadi mimpi indah juga mimpi buruk.

Nova Eliza pun sadar, “Saya tidak suka media sosial, tapi saya butuh.” Dan yang membuat saya tertarik darinya adalah Yayasan Suara Hati (suarahati.co.id) yang didirikannya. Mempunyai program kampanye terhadap kekerasan wanita dengan mengumpulkan seleb/public figure dan bekerjsama dengan Komnas Perempuan. Edukasi melalui seni, musik, fotografi, dan bertutur cerita, kampanye bisa dilakukannya lebih mudah. Melalui social media juga, Nova memanfaatkan ‘ruang’ tersebut untuk menyiarkan infromasi, edukasi dan kegiatan kampanye. Di kepalanya telah berputar-putar fund raising, pelatihan e-commerce, pameran seni, dan Art Book yang akan dieksekusinya.

Kembali  ke status Mas Teguh Sudarisman, “Semua orang menjadi ‘medianya’ masing-masing. Dan wanita punya 2 peran: untuk ‘medianya’ dan ‘media’ bagi generasi penerus.

Sumber tulisan :

 

 

 

 

4 COMMENTS

  1. Bener teh, aku juga kurang suka media sosial jaman sekarang ya, tapi karena kebutuhan mau ga mau harus di apdet dan di apgred truss ya.

    Mudah2an tetep bisa memberikan informasi yang bermanfaat untuk generasi berikutnya