Membaca Buku “Diculik Prabowo” membuat saya mengenal Bapak Prabowo Subianto dari berbagai sudut pandang. Buku ini juga memiliki khas tersendiri karena ada celotehan-celotehan yang banyak mengundang tawa. Sang penulis, Hazmi Srondol – seorang penulis, blogger, founder Blogger Reporter (BRid), karyawan Telco Company, facebooker maniak, dan pastinya doyan ngelucu.
Selain cara bicara Hazmi yang masih terdengar kental aksen Jawa, di dalam tulisan pun tidak jauh berbeda – buku ini berceceran Bahasa Jawa. Maklum saja, penulisnya berasal dari Kota Semarang, yang notabene terletak di Pulau Jawa.
Anda jangan berharap menemukan cerita penuh action, menegangkan, adegan berbahaya, apalagi penculikan, karena Anda telah ‘dibecandaiin’ oleh penulisnya. Lalu, apa sebenarnya kalimat dari “Diculik Prabowo” ini? Sebetulnya, si Srondol ini memang ‘diculik’ Prabowo untuk berbagi cerita sekaligus mengenali lebih dekat sosok yang pernah difitnah oleh berbagai kalangan mengenai peristiwa di tahun 1998. Jelas, Prabowo menjawab semua asumsi-asumsi dan membeberkan alasan pergantian jabatannya yang dilakukan Bapak B.J. Habibie saat itu.
Buku “Diculik Prabowo” berisi 30 bab dan dibuka dengan menceritakan pengalaman penulis berjumpa Prabowo. Disamping menuturkan mengenai sang tokoh, Hazmi menyelipkan dialog-dialog bersama istrinya dengan banyolan ringan di setiap bab, entah di bagian awal, tengah, atau di akhir bab. Ya, memang buku ini berkisah tentang penulis menyelusuri Prabowo yang diceritakan kepada sang istri dan di beberapa bab turut hadir juga secuil dialog anak dari Hazmi Srondol yang sering dipanggil, Thole.
Tidak ketinggalan bumbu-bumbu perihal kopi menghiasi buku ini – masih terkait hubungan Prabowo dan B.J. Habibie. Tanggal 30 October 2013, Habibie mengundang Prabowo untuk silaturahmi dan minum kopi bersama di Kakerbeck, Altmarkkreis Salzwedel, Jerman. Ada hal nikmat yang ditulis Dewi Lestari;
“Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat. Kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan”
Kalimat di atas terkait hubungan Prabowo dan Habibie di masa lalu. Hubungan yang pahit atau manis? Jawabannya, silahkan Anda baca di buku ini. Dan di bagian akhir bab ini, penulis menaruh sebuah kalimat manis – kalimat yang tercipta dari hasil Tweet sang penulis. Begini bunyi kalimatnya;
“Kopi itu kamu, hangat atau dingin, sama-sama isitmewanya”….Entah buat siapa kalimat ini dituju. Hmm..
Sisi lain Prabowo, bisa juga dilihat bagaimana dia menyukai dunia sastra. Di dinding-dinding rumah Prabowo, penulis menemukan sebuah figura yang berisi selembar kertas dan tertera judul “Desiderata”. Desiderata ini mengandung kumpulan filsafah menjalankan kehidupan. Di samping itu, penulis juga mendengar pembacaan puisi oleh salah satu staff Prabowo. Sebuah puisi yang ditulis oleh Lettu Subianto, paman Prabowo – meninggal dunia tanggal 25 Januari 1945 – saat pertempuran Lengkong.
Kami bukan Pembina candi
Kami hanya pengangkut batu
Kamilah angkatan yang mesti musnah
Agar menjelma angkatan baru
Di atas kuburan kami lebih sempurna
Puisi ini jika dibaca berulang-ulang, Anda akan menemukan suatu pengertian dan makna tentang sudut pandang prajurit mengenai situasi dan kondisi Indonesia. Bisa jadi Anda punya pengertian lain. Itu tidak masalah. Toh, “Hanya penulis yang mengerti puisinya”.
Hal menarik yang saya juga baca adalah mengenai salah satu peserta Upacara detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1945 di DPP Partai Gerindra. Ternyata, dia datang bukan karena disuruh, disogok, atau diberi uang transportasi. Dia datang karena ingin mendengar pidato Prabowo yang dikaguminya itu. Di bab 8, Anda akan membaca realita, bahwa Prabowo dan partainya, tidak pernah mengiming-iming ‘salam tempel’ kepada anggotanya dan partisipannya. Hmm, benarkah?
Membaca bab-bab selanjutnya, Bab 23 telah membuat saya ternganga. Bukan karena Prabowo. Bukan karena penulisnya. Melainkan, lagu Indonesia Raya yang sakti binti ajaib. Sebuah penelitian Kristal Air yang dilakukan Dr. Masaru Emoto, mengatakan air merupakan obat ampuh untuk penyakit apa pun. Dr. Masaru Emoto juga mengakui bahwa air zam-zam adalah obat ampuh, salah satunya alasannya: Mekkah merupakan tempat jutaan orang berkumpul mengucapkan doa-doa.
Doa merupakan magnet atau bisa dikatakan mempunyai aliran listrik yang menghubungkan si pembaca doa dengan air. Dengan minum air sambil membaca doa, air bisa mewujudkan kesembuhan bagi mereka yang meyakini hal ini. Dr. Masaru menyimpulkan, ada 3 cara yang harus dilakukan secara bersamaan saat meminum air, yaitu: berdoa, mendengarkan musik klasik, dan mengucapkan kata-kata bijak. Lagu Indonesia Raya telah terbukti mampu menyembuhkan penyakit yang dialami Dr. Masaru. Sebabnya, pertama, lagu Indonesia Raya termasuk lagu klasik. Kedua, lirik-lirik dalam lagu Indonesia Raya merupakan kumpulan doa dan kata-kata bijak. Silahkan Anda googling, lalu baca kata-kata lirik di lagu ini. Saya memang belum mencoba penelitian Dr. Masaru ini, tapi saya akan mencobanya, dan rasanya Anda juga perlu mencobanya.
Berahli dari Kristal air, berikutnya hadir perihal Antara keledai dan kedelai. Mengapa Indonesia bisa mengekspor kedelai, padahal Indonesia memiliki sumber manusia dan sumber alam yang luas. Di bab ini Anda akan menyadari betapa bobrok dan keledainya Pemerintah dan beberapa bagian rakyat Indonesia. Kita semua harus berbesar hati dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Huff…
Cerita mengenai kegiatan dan acara-acara Prabowo yang dibuntuti Hazmi Srondol, terus bergulir. Sampai di satu bab sebelum bab terakhir, Prabowo mengakui bahwa dirinya menggunakan media social sebagai tempat menuangkan aspirasi, visi-misi partainya, tanggapannya tentang peristiwa-perisitwa yang terjadi di Indonesia di masa lalu dan masa kini, serta membina hubungan bersama follower-nya di media social. Dirinya menganggap, media social merupakan ruang untuk berbagi dan membaca apa yang diinginkan dan yang tidak diinginkan oleh rakyat. Ya, seperti kita ketahui media social saat ini adalah sarana tepat untuk mengeluarkan segala bakat, bisnis, dakwah, momen, bahkan hanya sekedar mencurahkan perasaan. Jika dibandingkan partai lain dalam social media, bisa dikatakan partai yang didirikan Prabowo ini selangkah lebih maju dibanding partai lainnya. Bagi saya ini adalah cara cerdas!
Di bab terakhir, hadir berbagai cara dari hasil survey, sampai cara yang pernah dijalankan Albert Einstein pun juga diuji oleh penulis dan Prabowo punya teknik survey tersendiri. Bagi saya, hasil dari pemilu nanti, hanya rakyat yang bisa menentukan, entah memakai teknik yang seperti apa. Yang terpenting, bagaimana rakyat konsisten terhadap pilihannya. Bagaimana rakyat turut terus membantu perkembangan berikut tindakan dan keputusan-keputusan yang diambil oleh Presiden baru nanti. Presiden baru yang terpilih pun, harus tetap konsisten terhadap visi-misi dan keinginan-keinginan rakyat yang wajar.
Buku “Diculik Prabowo” cukup ringan dibaca. Banyak buku berbau politik tersebar di toko buku yang cukup berat dipahami, apalagi oleh pembaca yang tidak tahu perihal politik dan tetek bengek-nya itu. Buku ini cukup bisa mengenal kepribadian dan apa yang ada di pikiran Prabowo. Jika melihat status dan blog milik Hazmi yang masih terus bicara soal rahasia-rahasia Prabowo dan Indonesia, sepertinya buku ini aka nada lanjutannya, bisa jadi malah akan jadi buku berseri.
Saya ucapkan Terima Kasih dan sukses selalu buat Hazmi Srondol beserta buku “Diculik Prabowo”-nya dan juga untuk Bapak Prabowo Subianto.
Judul buku : Diculik Prabowo
Pengarang : Hazmi Srondol
Editor : Teguh Basuki
Desainer : Bintang Kecil ([email protected])
Halaman : 208 Hal
Penerbit : Limau Publisher
ISBN : 978-602-17255-6-6
Cetakan : Pertama