Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mulai semarak diangkat kembali oleh Pemerintah dan masyarakat terkait, termasuk pengguna digital di Indonesia. Kelompok digital yang terdiri dari pengusaha, pembeli, Instansi, masyarakat yang peduli, blogger, citizen journalism, juga e-commerce seperti Bukalapak dan Blibli. “Ekspor produksi yang menurun”, penyebab yang diungkap oleh Bapak Wayan Dipta, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM .
Ekspor produksi terhadap UKM yang menurun memengaruhi tingkat kesejahteraan dan sektor ekonomi. Adanya teknologi bagaikan jawaban bagi semua orang di berbagai bidang. Khususnya teknologi internet banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang mempromosikan serta menjual hasil karyanya. Contohnya tulisan, games, lukisan, desain, restoran, tempat wisata, dan masih banyak lagi. Perilaku tersebut sebenarnya sudah lama dilakukan. Hanya saja masih sebagian UKM yang menjual produknya melalui internet.
Kemunculan market commerce seperti Bukalapak, Blibli, Tokopedia, dan lainnya memberikan warna tersendiri bagi dunia usaha. ‘Warna’ yang membuka kesempatan bagi UKM-UKM untuk memajukan usahanya dari pasar nasional sampai ke luar negeri. Terlebih kedatangan pesaing-pesaing asing yang mau tak mau pebisnis di Indonesia harus lebih kreatif, gesit, cerdas, dan lebih berkualitas produk-produknya. Namun, MEA bukanlah ancaman, melainkan peluang dalam lingkup bisnis.
UKM-UKM di daerah membutuhkan bantuan agar bisa menjual produk-produknya. Kementerian Koperasi dan UKM, 9 Febuari 2016 mengajak diskusi “peluang dan tantangan koperasi dan UKM dalam bisnis e-commerce”. Untuk mengajak mereka mengembangkan pasarnya melalui bisnis e-commerce. Berikut peluang bisnis yang dijelaskan oleh Bapak Kun Arief Cahyantoro, pengamat e-commerce.
Berdasarkan data tersebut dan ditambah jumlah pengguna handphone di Indonesia yang lebih banyak dari jumlah penduduk – karena banyak yang memiliki lebih dari 1 handphone. Menjadi peluang bagi UKM untuk menggaet pasar nasional maupun internasional.
Kementerian Koperasi dan UKM di tahun 2016, akan fokus pada pasar dalam negeri – Indonesia sebagai pasar retail terbesar menjadi incaran pebisnis online dari luar negeri termasuk Asia Tenggara. Kedua fokus terhadap target produk pasar pada kalangan muda – tren populasi Indonesia kalangan muda akan semakin meningkat sampai tahun 2020 dan akan bertahan hingga tahun 2035.
Hal tersebut tidak hanya menyangkut peluang, tapi juga hambatan atau tantangan bagi UKM. Tantangan yang biasa dihadapi oleh UKM adalah modal dan distribusi. Satu lagi yang menjadi tantangan saat ini dan ke depan ialah Digital Identity. Bertumbuhnya pengguna digital tidak sedikit membuat orang memanfaatkan kesempatan dengan menjual data user (pengguna) dan tindak kriminal lainnya.
Pemerintah dan e-commerce perlu memberikan keamanan dan kenyamanan untuk pihak pembeli juga penjual dari ancaman cyber. Rencananya bakal mulai diterapkan penggunaan Certificate Authority pada segala bidang yang berhubungan dengan digital.
Mengenai modal dan distribusi, salah satu pendiri Bukalapak, Fajrin Rasyid, memberikan solusi. Di Bukalapak tidak sedikit reseller yang meraih keuntungan. Padahal mereka tidak memproduksi dan memiliki barang. Sebagian menitipkan jualan mereka kepada pengguna/produsen yang telah mempunyai akun di Bukalapak. Setelah uang ditransfer, mereka baru membeli barang tersebut dan mengirimkan kepada pembeli.
Bapak Wayan Dipta turut menambahkan ceritanya mengenai para reseller yang tidak punya produk dan tidak punya akun di Bukalapak. Tapi mereka bisa memasarkan produk dan berhasil meningkatkan kesejahteraannya. Fajrin Rasyid menambahkan tips bagi yang pebisnis yang akan masuk ke ruang digital, untuk menempatkan diri sebagai pembeli. Karena pembeli akan mencari tahu barang yang ingin dibelinya dengan melakukan search terlebih dahulu. Jadi dibutuhkan juga pengetahuan keywords dan konten menarik agar digaet pembeli.
Fajrin Rasyid dan Bapak Wayan Dipta pun meyakinkan bahwa pasar Indonesia harus dimainkan oleh Indonesia sendiri. Pasar Indonesia lebih familiar daripada pihak asing. Mereka harus membaca pasar Indonesia dan ini butuh effort yang tidak sedikit. 60% pasar Asean bisa menjadi pasar bagi Indonesia. Apalagi banyak orang luar negeri yang menyukai produksi furniture dan makanan Indonesia. Jadi tidak perlu takut terhadap persaingan MEA.
Pemerintah pun menginfuskan dana sebesar 1 trilyun Rupiah bagi UKM-UKM yang bakal dikawal. Dari produksi dan distribusi melalui dunia maya, dan fisik – melakukan pameran di luar negeri. Sekitar 300-an UKM yang didampingi Kementerian Koperasi dan UKM. Dan di Bukalapak, sejumlah 670 UKM yang telah menjual produknya melalui e-commerce ini.
Pemerintah menargetkan produksi ekspor tumbuh 7% per tahun. Kementerian Koperasi dan UKM dalam tingkatkan pengembangan UKM akan menyeleksi UKM-UKM agar bisa dikawal. Kriterianya sebaiknya UKM yang usahanya sudah ada, produk yang mempunyai standar kualitas ekspor dan dapat memenuhi market.
Lalu bagaimana dengan UKM yang belum memenuhi kriteria tersebut? Saya yakin UKM-UKM tahu jawabannya.
Kreativitas, usaha yang tak kenal lelah, dan kejituan menembak busur tepat ke titik target, merupakan motivasi yang biasa terdengar. Namun karena biasa, menjadikan itu sebagai perilaku yang diterapkan untuk dijadikan kebiasaan hasilkan sesuatu yang luar biasa.
Era digital membuka kesempatan yang luas, beserta tantangan maupun hambatannya. Bagaimana pun selalu ada jalan. Maju Terus UKM Indonesia!
Call Center Kementerian Koperasi dan UKM : 1500587 – Website: depkop.go.id
Twitter: @humaskementerianukm dan FB: humaskemenkopukm
Semoga UKM Indonesia semakin maju. Semakin pula mengembangkan kreatifitas putra Indonesia 🙂
Aamiin. Thank You
Peluang Bisnis e-commerce di Indonesia terbuka lebar bagi UKM
Tulisan yang menarik
Iya say semua skrg hrs garang dlm socmed apalagi yg jualan