Wanita berkulit putih bersih dan tinggi itu bercerita bahwa orang-orang dengan indigo mulai menuliskan kisah pengalamannya ke dalam buku. Pengalaman mereka tentang suara-suara yang terus muncul di telinga, tentang tubuh-tubuh tanpa kepala, tentang anak kecil yang terendam di dalam kubur, dan hal aneh lainnya yang sulit diterima logika. Wanita itu bernama Risa Saraswati, si penulis misteri yang mempunyai indera keenam. Risa dan Faber Castell serta Nina Moran dan Intan Savitri, mengajak insan muda Indonesia berani mengungkapkan pengalaman atau imajinasinya ke dalam tulisan. Misteri berbeda dengan horor. Misteri merupakan cerita yang memiliki atau terkait teka-teki, mistik, rahasia, asrar, tanda tanya dan lainnya.
Tidak dipungkiri, cerita misteri masih banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Lebih tepatnya Misteri dan Horor, wajar saja bila orang dengan indigo membuat buku tentang pengalaman mereka itu. Barangkali penjualan buku misteri dan horor lebih laku daripada buku fiksi ber-gender lain. Namun, Faber Castell , tahun ini menggelar Lomba Cerpen dengan tema misteri bukan horor. Presiden Direktur Faber Castell, Yandramin Halim, mengatakan bahwa mereka telah melakukan 2 kali lomba dengan tema berbeda sebelumnya: Komedi dan Adventure. Kali ini (lomba yang ketiga) sengaja mengambil tema misteri, karena cerita misteri cukup dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Tahun lalu mereka menerima sekitar 2700-an karya dan tahun ini, mereka menargetkan 3000 karya.
Lomba cerpen ini bukan program promosi maupun CSR. “Tapi kami ingin menjalankan kegiatan yang lebih bermanfaat dan bisa dekat dengan masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan lomba cerpen ini,” ucap Bapak Yandramin Halim. “Kami memang lebih ke arah pendidikan, bahkan kami telah mengadakan pelatihan guru TK dan SD di 50 kota Indonesia,” lanjutnya. Acara pembukaan Lomba Cerpen Faber Castell ini diadakan pada tanggal 29 November 2015, di Brewerkz Bar, Senayan City, Jakarta. Suatu acara yang sempat membuat saya mengeryitkan dahi. Misteri? Melihat hadiahnya yang bertotal 40 juta Rupiah, bagi saya ini bisa menjadi salah satu pendorong bagi insan muda untuk mengikutinya dan berkarya. Saya pun baru teringat, menulis cerita misteri bisa membangkitkan imajinasi sekaligus otak untuk berpikir lebih cerdas.
Uniknya lagi lomba cerpen ini , peserta diajak untuk menulis tangan. Menulis tangan di jaman kayag gini?! Sepertinya Christian Herawan, Product Manager Faber Castell membaca pikiran saya.
“Menulis tangan itu, terapi, loh. Dan bisa menguatkan daya ingat,” jawab Christian Herawan seraya menghadap ke arah saya.
Menulis tangan sebagai terapi? Masuk akal. Menulis, eh maksudnya mengetik tulisan saja itu termasuk kegiatan terapi pemulihan yang berhubungan dengan psikologis, apalagi menulis tangan. Bisa jadi manfaatnya lebih dari 2 hal tadi yang diucapkan Christian. Lalu bagaimana mekanisme perlombaan cerpen ini? Kamu bisa lihat di lombacerpen.com . Periode Lomba 19 Oktober 2015 – 15 Januari 2016.
Ada 2 kategori peserta berdasarkan usia dalam perlombaan ini. Pertama, kategori A untuk 18 tahun ke bawah dan kedua, kategori B untuk 19 tahun ke atas. Tunggu 19 tahun ke atas? Berarti yang berusia 40, 50, 60, bisa ikut, dunk?Yup, karena kategori B lebih tepatnya untuk mahasiswa dan umum. Setiap kategori akan memenangkan 6 juara (dari juara pertama sampai juara harapan ketiga). Yang lebih bisa menambah semangat lagi, cerpen-cerpen dari peserta yang menang akan dijadikan buku dan bisa dibeli di toko besar nasional, loh. Malah salah satu dari 2 buku hasil lomba sebelumnya, ada yang diterbitkan oleh penerbit besar di Indonesia dan di-endorse oleh Trinity, Naked Traveler. Bukunya pun dalam bentuk tulisan tangan peserta dan tidak diubah, dibiarkan apa adanya.
Satu lagi mengenai sebuah kalimat yang kerap berkeliaran di kepala saya. Dan Bapak Yandramin Halim menyebutkan kalimat tersebut sebagai pendorong untuk masyarakat Indonesia.
“Tujuan hidup manusia adalah bahagia. Melalui buku, manusia meninggalkan warisannya, lalu meninggal bahagia.” – Yandramin Halim, Presiden Direktur Faber Castell.
Bersama sebuah kalimat yang diucapkan Bapak Yandramin Halim berulang-ulang kepada saya, saya turut mengajak semuanya untuk menulis, menulis, menulis, kemudian bukukan. Legacy !!
Nina Morin, Founder & Ceo Majalah GoGirl, membuka ‘rahasia’ karya seperti apa yang bakal menarik perhatiannya dan juri lainnya (Risa Saraswati & Intan Savitri).
- Ada unsur teka-teki
- Imajinasi yang detil
- Cerita yang tak terduga
- PoV (Point of View) I, agar pembaca terlibat
- Ide yang berbeda
- Tidak hanya bercerita tentang setan-setan populer di Indonesia
Menulis tangan melalui kisah misteri? Why not..
Sumber Foto: Dreamstime.com dan dokumentasi SN
oh gitu ya, jadi inget dulu kalau dihukum guru suruh nulis saya tidak akan berbuat lagi sampai 500 bisa jadi terapi ya….
terapi, kan? kan bandelnya pasti berkurang…hehe…tp semua kegiatan yang dilakukan terpaksa, suka membuat jengkel dan hasilnya tidak mkasimal. ya contohnya menulis krn dapat hukuman. Kalau melakukan sesuatu dgn keinginan sendiri hasilnya pun berbeda dan saat mengerjakannya pun ada proses yang di antaranya itu terapi.
Tulis tangan ya? Hoho… udah jarang nih… dulu sih iya bikin cerpen di buku tulis…
samaaa..tulis tangan paling buat tanda tanga doank kali yak..hehe
waaaah kisah misteri itu hihihihi
yoaa man…
Oke fixx, tulisanmu juara!
waduh…tengkyuuu bu
Sekarang kalau nulis tangan cuma bisa nulis pakai huruf besar, Mba. Kebayang dong sekertas penuh tulisan berformat kapital ?? Ho-Ho-Ho. Kalau kertasnya gak ada garisnya, bisa lebih parah lagi. Suka miring-miring …
Hahahahha…tp kayagna gpp pake huruf besar semua..barangkali hehe