“Berwisata ke Pabrik Aqua dan Berkenalan dengan Petani Organik”

4
967
Pemandangan di depan Pabrik Aqua

Mengunjungi sebuah Pabrik bukanlah hal pertama, tapi ke pabrik  sekaligus mengenal lebih jauh program CSR-nya merupakan pengalaman pertama bagi saya . Bersama teman-teman Idblognetwork pada tanggal 17 Oktober 2015, kami mengunjungi pabrik Aqua di Cianjur, tepatnya di desa Gekbrong. Bapak Nurul, Plant Manager, dan tim lebih dahulu menginformasikan tentang keselamatan diri dan tata tertib, standar kesehatan, dan keselamatan kerja. Aqua memang menjalankan operasi bisnis dengan mencamkan nilai hak asasi manusia, kesehatan, dan kepatuhan pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sebelum melangkah ke dalam pabrik, setiap tamu atau pekerja pabrik wajib mengetahui hal ini. Selanjutnya, pihak tim dari Aqua menjelaskan beberapa hal yang banyak tidak diketahui masyarakat tentang proses produksi Aqua. Dan Tentu mengajak saya dan kawan-kawan langsung melihat proses produksi dan situasi pabrik Aqua.

Pabrik Aqua
Pabrik Aqua

Pabrik yang didirikan sejak tahun 2010 ini , mempunyai luas 12.5 Ha dan hanya 3.5 Ha yang digunakan untuk operasional pabrik. Sisanya, sengaja difungsikan sebagai ruang permukaan hijau. Maklum saja, air yang mereka dapat, harus didukung oleh tanah sekitar yang berkondisi baik. Banyak orang mengira, Aqua berasal dari mata air yang turun mengalir dari gunung. Padahal, Aqua mendapatkannya dari air tanah.  Itu alasannya ada permukaan hijau yang membiarkan tanaman hijau tumbuh.

Di antara permukaan tanah dan air tanah tidak boleh ada equal (bakteri tidak mengguntungkan) setitik pun. Di-filtering oleh 10 micron sehingga kotoran atau bakteri tidak akan tembus dan menggunakan sinar UV. Limbah sanitasi yang dibangun dihasilkan melalui pipa-pipa yang wajib terbebas dari bakteri – menggunakan WASH Treatment (water access, sanitation, hygiene). Dan Aqua punya lab independen yang mengawasinya.

Sudah dipastikan Aqua mendukung dan menjalankan kelestarian lingkungan hidup (global warning). Salah satu contoh kecil yang berhubungan dengan produk: mengajak masyarakat (termasuk saya dan teman-teman) untuk selalu menghabiskan air yang diminum dari botol Aqua maupun merk lain. Lalu, melepaskan label serta meremas botol untuk dibuang ke tempat sampah –bertujuan agar turut membantu para pemulung (rantai paling bawah) dalam mengumpulkan barang-barang yang bisa di-recycle. Contoh lain terkait kelestarian lingkungan hidup: edukasi lingkungan hidup, rehabilitasi saluran irigasi, penanaman pohon, sumur resapan, biopori, dan banyak lagi.

Botol yang diremas-by Sari Novita

Sekarang ini di masyarakat banyak beredar produk-produk palsu termasuk produk air meneral Aqua. Supaya tahu mana yang asli atau palsu, kita harus memerhatikan kode di badan botol dengan kode di cap tutup botol yang harus sama. Bila masyarakat menemukan produk Aqua palsu atau punya keluhan dan saran bisa langsung menghubungi “Aqua Menyapa” 0807 15 888888.

Satu lagi yang tidak pernah saya tahu, yang kemudian saya tanya kepada salah satu staf, “Mengapa Aqua dijual Ke Danone?” Alasannya, keluarga pendiri mempunyai tradisi yang harus menyerahkan (dijual ) bisnisnya ke pihak luar. Hanya sampai keturunan keempat yang bisa memegang kendali perusahaan. Tujuannya agar keturunan mereka mandiri dan ‘tidak terima jadi’ hasil usaha dari keturunan sebelumnya. Sekarang, keluarga dari pendiri Aqua hanya terlibat dalam hal distribusi saja.

Program CSR dan Petani Gekbrong

“Masyarakat yang berdaya merupakan langkah awal bagi kemajuan sebuah bangsa.”

Kutipan di atas merupakan keyakinan pendiri, jajaran direktur dan manejerial, dan seluruh staf lainnya di tubuh perusahaan Aqua. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat adalah salah satu program CSR (Corporate Social Responbility) dalam penguatan kemandirian sosial-ekonomi masyarakat juga bentuk kepedulian dan tanggung jawab Aqua pada lingkungan sekitarnya. 2 di antaranya ialah pertanian organik terpadu dan kesehatan lingkungan.

Kami tidak diberi modal uang, tapi dibekali pengetahuan, pelatihan, pendamping, fasilitas, dan dukungan dari program CSR Aqua.” ucap Kang Agan, salah satu anggota HIPOCI (Himpunan Petani Organik Cianjur).

Pendiri & Anggota Hipoci
Pendiri & Anggota Hipoci

Berkenalan dengan para petani HIPOCI menambah keyakinan saya bahwa “selalu ada jalan menuju perubahan dan perbaikan hidup”. Pendiri HIPOCI, Kang Dadang Ichwan, bercerita bagaimana proses awal mereka sampai perubahan yang sudah dirasakan oleh para petani Gekbrong yang bergabung dalam HIPOCI.

Hasil dari beras organik awalnya dipasarkan melalui warga sekitar, daerah Cianjur, melakukan pameran dan dibantu pemasarannya oleh CSR Aqua. Sediki demi sedikit laba dikumpulkan, kemudian dibelikan peralatan yang lebih memadai dan memudahkan produksi serta operasional. Awalnya pun anggota HIPOCI hanya beberapa orang, kini anggota mereka berjumlah sekitar 300-400 petani. Mereka tidak pernah berhenti melakukan sosialisasi dengan mengajak warga lain untuk meningkatkan ekonomi dan kesehatan keluarganya. Anak muda di desa Gekbrong, pula diajak , diajarkan, dan ditanamkan bahwa profesi petani bisa membantu ekonomi keluarga. Karena menurut mereka, anak muda sudah banyak yang tidak berminat menjadi petani.

Proses membuat beras organik memakai cara tradisional yang biasa digunakan oleh orang-orang jaman dulu atau kakek-nenek moyang mereka. Cara tradisional justru itu yang bagus dan sekarang disebut organik – padahal sejak dulu telah diterapkan oleh nenek moyang kita. Mereka, tidak menyimpan lama beras organik, hanya gabah, untuk mengantisipasi beras tidak bagus lagi karena tidak ada bahan pengawet. Hanya saja kesulitan yang mereka masih hadapi ialah bila mendapatkan order yang banyak.

Beras Organik Hipoci
Beras Organik Hipoci

Dan sudah banyak anak-anak SMA yang melakukan  penelitian terhadap proses pembuatan produk organik dan terhadap sistem gotong royong HIPOCI.

Keberhasilan petani HIPOCI tidak hanya dalam memproduksi beras organik, tetapi ada juga Nasi Liwet instan yang telah diperkenalkan ke  18 tamu negara oleh Pemerintah. Menyajikan Nasi Liwet pun dengan mencampurkan lebih dahulu air 500-600ml atau 3 gelas bersama semua bumbu (yang ada di dalam kemasan) sampai rata, kemudian dimasak. Beras Cianjur terkenal wangi dan pulen. Tidak berbeda dengan Nasi Liwet yang diproduksi para petani Desa Gekbrong.

Nasi Liwet, Produk Hipoci
Nasi Liwet, Produk Hipoci

Di samping itu, para wanita di desa Gekbrong turut dilibatkan di dalam kelestarian lingkungan dengan memilah sampah organik, anorganik, dan pengomposan. Sampah-sampah itu bisa ditukar apa saja melalui HIPOCI, misalnya ditukar dengan minyak goreng atau pulsa listrik. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan semangat supaya para wanita desa turut menjaga kesehatan lingkungannya.

“Semoga apa yang kami lakukan mendapatkan sukses dan berkah,” ujar Kang Dadang. Dan alhamdulillah, HIPOCI sudah bisa menyumbangkan laba yang ditabung kepada anak yatim yang membutuhkan. Insya Allah, ke depannya, mereka akan membuat koperasi sendiri agar warga yang membutuhkan modal bisa terpenuhi, sekaligus memasarkan hasil produk mereka.

Berbagai cara terus dilakukan mereka dengan terus belajar, mengasah kemampuan, menolong sesama dan melek teknologi. Mereka sadar kemajuan jaman sekarang melalui teknologi dapat memudahkan pemasaran produk dan impian mereka.

Beras organik dan Nasi Liwet bisa dibeli secara datang  langsung di HIPOCI atau website Hipoci dan di outlet Aqua Home Service. Insya Allah akan segera masuk ke supermarket-supermarket dan VIT outlet.

Sukses Terus Petani Gekbrong!

Foto-foto di dalam Pabrik, maaf sekali tidak bisa dipublikasikan.

Foto-foto lain yang bisa dilihat:

 

4 COMMENTS