Seperti yang Kubayangkan”

0
738

Kubayangkan melepas balon-balon di udara

Merayakan hari kelahiran di lapangan luas seraya memandangimu

Kuajak kau berlari-lari kecil sekaligus tertawa kecil

Membicarakan langit, pelangi dan senja agar dirimu bebas di semestaku

Kau hadir mengetuk pintuku,

Anganku pun usai sementara,

Tanganmu gemetar. Wajahmu pucat. Tubuhmu menggigil.

Kau menatapku lama. Lalu, berbisik tanpa suara.

Di Antara Angin merambat pelan, kau lepas gaun paling terkoyak itu.

Sebuah gaun yang menutup virus terpanjang di raga seorang perempuan.

Ada dedaunan berkulit sutra menari-nari di sepanjang jalan.

Ada merpati putih menawarkan dua sayap lembutnya.

Ada matahari berjaga memantulkan cahaya tanpa diganggu malam.

Dan kau kenakan dedaunan sutra membalut tubuh, serta duduk di atas punggung merpati.

Dan tak lama kau sudah ada di depanku bersama lampu-lampu sorot  matahari.

Dan kau menyebutku cermin sembari bertanya “Sudah sempurnakah aku sebagai perempuan?”

Dan aku menjawab,”Ada atau tanpa virus itu, kau tetap perempuan sempurnaku.”

Pita merah terpampang sejajar payudara.

Oksigen ditiupkan ke dalam balon-balon.

Kau berlari-lari kecil. Memegang benang tumpuan balon-balon.

Memalingkan kepala ke arahku. Bersiap-siap.

Satu..Dua..Tiga..Hupp..

Pelepasan kemeriahan terjadi.

Mereka mengudara. Memberi kejutan.

Ya, balon-balon itu mengubah bentuknya menjadi dada.

Pelangi membentangkan permadani tubuhnya turun ke bumi.

            Menjemputmu berjalan di atasnya karena akan banyak dada yang memelukmu hangat.

Senja pun muncul tuk mengecup bibirmu lebih lama daripada kekasihmu.

Terakhir, aku semesta mendekapmu damai melebihi sepanjang masa.

Suatu hari itu  persis yang kubayangkan. Anganku.

Suatu hari di saat kau tersenyum megah.