Pertama kali masuk suatu ruangan, suara-suara melodi musik tradisional Nusa Tenggara Timur, mengudara dengan syahdu. Di panggung mini, pemain musik tidak hanya sendiri, tapi berbagi spot dengan seorang wanita, dari daerah yang sama – sedang berkonsentrasi menenun. Secara bersamaan, saya juga melihat jajaran kain-kain Nusantara yang ditampilkan bersama ceritanya. Saat itu, perasaan saya senangnya bukan main.
Berbagai kain khas dari daerah-daerah Nusantara, satu per satu dipajang secara baik dan informatif. Sayangnya hanya satu potret yang hasilnya tidak blur. Harap maklum lah, ya. Tapi saya berhasil memotret informasi mengenai songket Sambas atau lunggi. Yang sejujurnya, saya baru mengenalnya ketika datang ke Pameran Telkom Craft Indonesia, 24 Maret 2018, Jakarta Convention Center.
Berseberangan dengan kain-kain tenun, terlihat booth berjudul Story of Craft yang disusun secara elegan dan latar belakang motif batik serta menggunakan media televisi untuk informasinya. Yang paling mengesankan saya ialah kain sutra Parang putar shibori. Kain batik lukis bermotif parang menggunakan teknik kombinasi tie dye yang dikenal dengan sebutan ‘shibori’, di beberapa bagiannya.
Dalam tradisi Jawa, motif parang memiliki filosofi:menyiratkan kekuatan dan pertumbuhan, dan digunakan mengikuti aturan. Motif yang dilukis tidak boleh cacat, jika tidak akan menghancurkan kekuatan kain tersebut. Parang berarti: belati atau keris yang rusak. Pada abad ke-19, kain parang dipakai oleh semua tingkat sosial di Jawa. Menurut legenda, kain parang memiliki kekuatan supernatural, membuat orang menjadi pahlawan di medan perang, membawa keberuntungan bagi yang malang, dan dapat menyembuhkan yang sedang sakit.
Dari mana saya tahu tentang ini? Jelas dari informasi yang disajikan di bawah kain tersebut. Deskripsi semua produk yang terpampang di deretan Story of Craft, menggunakan bahasa Inggris. Selain masyarakat Indonesia, target pameran Telkom Craft Indonesia memang menjaring masyarakat dunia. Tidak hanya kain batik, ada Golek Putri Nyi Ong Tien, istri Sunan Gunung Jati, yang cantik mengenakan pakaian sulam Cina yang antik, yang kain bermotif batik tradisional. Dan, golek putri opera Cina yang mengenakan kostum opera pada awal abad ke-19, di Batavia. Golek Putri Nyi Ong Tien dan putri opera Cina, keduanya merupakan karya yang menarik buat saya. Sebab, tidak dipungkiri, kedatangan bangsa Cina pada zaman dulu, cukup besar mempengaruhi kebudayaan Nusantara.
Masuk ke ruang selanjutnya, 400 stan UKM menggelar produk-produknya yang asli Indonesia. Bukan kain tenun, batik, atau tas, tapi yang menarik perhatian saya ialah barisan yang menyuguhkan kuliner khas daerah.
Misalkan saja, kudapan Bagea yang dijual oleh UKM Depot Nukila. UKM ini benar-benar berasal dari Kota Ternate yang terkenal dengan cengkeh dan pala-nya. Depot Nukila membuat bagea kenari, makron kenari, abon ikan, dan lainnya, menggunakan resep yang berasal dari nenek mereka. Usaha yang dijalankan memang usaha keluarga, hadir dalam pameran ini pun, ada anak, tante, dan ibu. Tekstur bagea yang kasar dan kokoh, terasa lembut di lidah, dan memiliki rasa lezat yang terus teringat dalam memori saya. Keramahan keluarga ini menambah keakraban, kenyaman, dan kenikmatan mencicipi kue-kue kering khas Ternate.
Bahkan mereka meminta saya menghubungi mereka jika berada di Ternate pada suatu hari nanti. Kata mereka soal sejarah dan resep-resep kuliner, jangan khawatir, sebab nenek mereka sangat paham sejarah dan pandai memasak. Saya dan teman, berdua, kami girang sekali. Mereka juga bercerita bahwa di Ternate, kenari tidak saja sebagai bahan membuat kue, tapi sering digunakan untuk memasak makanan berbumbu rempah. Jika dihubungkan dengan pameran ini.
Rasa yang berbeda dari lainnya (menurut saya) dan pengetahuan seputar kuliner, tidak heran, Depot Nukila menjadi UKM binaan Program Rumah Kreatif BUMN. Menurut mereka, sekarang, pemasaran produknya lebih luas.
Beralih dari kue khas Ternate, tidak jauh dari Depot Nukila, saya menemukan 2 stan yang menjual bir pletok dan kue biji ketapang khas Betawi. UKM Muhibah memproduksi kue biji ketapang dan akar kelapa yang sudah lama saya tidak temukan. Dan, itu rasanya bukan main!
Setelah ‘berwisata kuliner’, di panggung utama, dari kejauhan terlihat pakaian-pakaian penari yang warnanya menarik perhatian. Sekumpulan penari dari Tana Toraja menarikan mangrara banua tongkonan. Gerakan tari dan musik yang dinamis serta kostum yang menonjol, membuat para penonton yang hadir, terus menikmati dan melihat ke arah mereka.
Mangrara banua tongkonan merupakan aktivitas tari yang terdiri dari seluruh keluarga, bermaksud membuat ikatan sangat kuat, bersatu-padu, bekerja sama, dan bahu-membahu. Tarian ini berupa acara syukuran naik rumah baru dan dilakukan sebelum tengah hari di sebelah timur Tongkonan. Berisi doa-doa maupun permohonan agar keluarga mendapatkan kesejahteraan.
Tari berikutnya, Kancet manawan yang berasal dari etnis Dayak Kenyah, Kalimantan. Menceritakan hidup berdampingan dengan belantara yang hijau, pepohonan tumbuh memberikan hasil yang berlimpah, masih adakah hidup berdampingan yang damai dengan alam? Di setiap sendi kehidupan mereka, akan selalu terdengar menawan yang tak lain adalah senandung pujian terhadap sang Pencipta. Dia yang menitipkan kekayaan melimpah, sehingga mereka melantunkannya penuh kegembiraan dan juga sukacita.
Pameran Telkom Craft Indonesia dan Blanja.com
Cerita lain tentang pameran Telkom Craft Indonesia saat acara talk show. Narasumber, Aulia Ersyah Marinto, CEO Blanja.com, Yukka, pengusaha sepatu, dan Mamo, pengusaha tas kulit. Hubungan dengan Telkom Craft, ada 400 UKM yang terdaftar di marketplace Blanja.com. Mengajak UKM yang produknya sudah bagus untuk dipasarkan secara lebih luas melalui digital.
Pameran memperkenalkan produk-produk UKM yang mengkombinasikan acara offline dan online, blanja.com—hadir dalam konteks, jika ada yang ingin membeli tas tapi tidak sempat beli di pameran atau misalnya ke toko Mamo di Solo, bisa membeli melalui online. Pun, ingin membuat ‘keberlanjutan’ mereka yang hadir di Telkom craft, menuju digital melalui Blanja.com.
Melihat komitmen Blanja.com, seperti bagaimana membawa produk Indonesia, khususnya produk local, melakukan corner, campaign dengan nama Asli Indonesia. Hadir dengan kekuatan tema Asli Indonesia menjadi campaign yang berkelanjutan mengenai produk lokal Indonesia.
Menurut Aulia Ersyah Marinto, promosi yang efisien dan targeted harus diilakukan secara digital. UKM harus terlibat, tantangan mereka, untuk masuk saja butuh pengetahuan cukup, mandiri dalam offline dan digital – blanja.com mengajarkan cara foto, deskripsi, dan maintain, serta produk inovasi yang membuat produk bisa dikenal. Jika sudah dikenal, proses produksi di belakangnya juga harus siap.
Setiap ke pameran craft selalu saja ada cerita.