Penginapan merupakan tempat yang paling penting bila berkunjung ke suatu daerah wisata. Dan bisa juga suatu yang tidak penting. Ketika berkunjung ke Pangkalpinang ada 2 hotel yang saya inap. Hotel yang kedua lah, Menumbing Heritage Hotel di kawasan obyek wisata Pangkalpinang yang berhasil memesona indera saya. Alasannya..
Kali pertama keluar dari mobil dan melihat tampak depan Menumbing Heritage Hotel, saya langsung suka menatap sinar putih di tubuhnya. Maksudnya sih saya cuma mau bilang, suka dengan cat dinding berwarna putih yang memantul kuat dari luar. Jadi Menumbing Heritage Hotel terlihat bersih, bercahaya, dan elegan. Kemudian, ada 2 pintu masuk, satunya untuk tamu dan pintu di sebelahnya untuk tamu yang akan check in atau memesan kamar.
Di samping kedua pintu tersebut, terdapat dinding bertuliskan “History” yang berisi tentang sejarah Menumbing Heritage Hotel.

Silahkan baca history-nya kalau bisa dibaca. #eh. Jadi nama Menumbing diambil dari tempat pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta di Gunung Menumbing, Mentok, Bangka Barat. Bangunan hotel ini pun punya sejarah karena telah dibangun pada tahun 1866. Selanjutnya di tahun 1980, seorang putra daerah Ishak Boentaran membangun Menumbing Heritage Hotel dari bangunan lama tersebut. Dan diresmikan tanggal 1 Januari 1986.
Hotel yang berjumlah 60 kamar dan 3 lantai kali pertama menerima tamu kehormatan dari ilmuwan Internasional pada tahun 1988. Media massa pun memberitakan kabar kehadiran tamu-tamu itu yang datang ke Pangkalpinang untuk menyaksikan Gerhana Matahari. Semenjak itu nama Menumbing Heritage Hotel dikenal di tingkat nasional maupun internasional. Dan pada tanggal 9 Maret 2016, Bangka kembali kedatangan gerhana matahari dan kemunculannya diperkirakan paling lama dibanding kota lain.

Berdirinya Menumbing Heritage Hotel memang bertujuan untuk menampung wisatawan di Kota Pangkalpinang dan Bangka. Dan menjadi kebanggaan bagi penduduk Kota Pangkalpinang. Kemudian hotel ini direnovasi bulan Juni 2012 oleh Alvert Luntan Buntaran, pemilik Menumbing Heritage Hotel. Karena perkembangan yang cepat, Menumbing Heritage Hotel mengunakan manajemen tersendiri untuk mengelolanya.
Kata “Heritage” pada nama hotel memperlihatkan bangunan yang berisi warisan pada masa kejayaan tempoe doeloe. Merupakan konsep Menumbing Heritage Hotel yang menonjolkan desain dan perabotan-perabotan heritage di setiap sudut hotel. Bangka-Belitung dan Kota Pangkalpinang memang pernah menjadi jajahan Kerajaan Inggris dan Belanda. Jejak-jejak masa tersebut masih kuat atmosfernya dengan adanya bangunan-bangunan bersejarah yang tetap terpelihara.

Termasuk di hotel ini. Nuansa kolonial begitu terasa saat di luar maupun di dalam hotel. Terlebih lagi, ruang Business Centre ada lemari, meja, kursi, pajangan dinding, isi lemari yang berisi gelas, teko, dan piring, yang semuanya benda-benda yang digunakan oleh orang-orang zaman dulu. Mungkin masa sebelum tahun 1960-an.
Di sudut ruangnya, saya menemukan buku-buku di sudut ruang yang bisa dibaca. Salah satu buku yang menarik perhatian saya adalah “The CIA at War” yang ditulis oleh Ronald Kessler. Sayangnya saya tidak sempat baca buku tersebut. Untungnya buku itu bisa dibaca dengan men-download PDF-nya di internet. Lalu, di atas mejanya ada rangka telepon yang pernah hits di era 1970-an. Maksudnya sih Cuma mau bilang, rata-rata di masa itu hampir semua mengunakan model telepon rumah yang sama.

Menurut staf hotel, ruang Business centre didesain senyaman mungkin agar para tamu hotel bisa menikmati ruangan ini dengan tenang dan nyaman. Seperti membaca buku, dan melakukan aktivitas pekerjaan melalui internet. Jaringan internet di hotel ini sangat lancar, jadi tidak perlu khawatir bila menginap di sini. Malah, sinyalnya kuat sampai ke dalam kamar. Kamar saya berada di lantai 3 dan sinyal tetap kencang bahagia.
Berpijak ke ruang lobbi yang cukup luas, tamu pun bisa duduk santai ditemani teh atau kopi yang disediakan hotel dan self service. Ada 4 kursi panjang empuk, kursi yang dekat dinding difasilitasi colokan. Sekali lagi, kalau smartphone mulai melemah, jangan khawatir mencari colokan karena mudah ditemukan di sini. Pajangan dinding pun berwarna hitam putih tambah bikin ruangan ini elegan dan ber-art.

Sedikit keluar dari ruang lobbi belok ke sebelah kiri, saya melihat sebuah tangga berlantai kayu. Tangga yang ditata apik ini pasti membuat para instagramers jatuh cinta. Sebabnya tangga tersebut cantik sekali dan indah difoto. Setelah menyudahi jepret-jepret, saya kembali melihat sekeliling , mencari apa saja yang ada.
Nah, tepat di sebelah tangga, ada Lorong yang menarik perhatian saya. Lorong yang tidak tampak seram, melainkan ada semburan putih yang berkumpul di udaranya. Di lorong itu saya sedikit berkhayal menjadi nona Belanda yang mengejar bocahnya yang sedang berlari-lari. Maaf ya entah kenapa otomatis kepala ini bergeser ke ruang lain.

Saya mengejar my boy karena baru saja sampai di hotel di suatu wilayah yang masih asing bagi kami. Wajar saya khawatir. Saya pun mengejarnya sambil memanggil namanya. Tapi yang saya temukan justru lorong yang buntu. Dan hanya ada 2 toilet yang saling berhadapan. Tampak depan toilet yang berkesan simple dan fancy. Pigura orang-orang putih berada di samping pintu masuk toilet. Di samping Toilet wanita terpampang foto wanita-wanita berkulit putih. Di samping pintu toilet pria terpasang pigura pria-pria berkulit putih. Orang-orang kulit putih saat mereka hadir tanah Pangkalpinang.


Sekejap saya kembali ke dunia nyata. Dan kembali otomatis memotret bagian-bagian tersebut. Wah luar biasa rasanya menemukan keindahan klasik di hotel ini. Padahal ini baru sebagian dari lantai bawah hotel. Ruangan tengah di antara tangga kayu dan lift juga menjadi obyek foto saya. Terdapat vas bunga besar dan tinggi. Bunganya berwarna merah hati yang menyegarkan pandangan mata. Ruangannya bersih dan cantik.

Setelah mendapatkan kamar, tentu saya dan teman blogger, Mia, langsung menuju kamar. Satu lagi yang unik dari hotel ini. di hotel pasti ada lift dunk, di hotel ini juga. Tapi lift di hotel ini berukuran mini dan hanya dapat memuat maksimal 4 orang. Meskipun hotel ini berkonsep klasik dan heritage, lift-nya mempunyai teknologi sensor. Jika tamu berdiri di garis kuning di dalamnya, lift tersebut tidak akan beroperasi dan mengeluarkan suara Tet sekali. Pintu lift-nya pun unik, bukan pintu metal yang biasa kita temukan. Melainkan pintu yang dibuka dengan gagang pintu dan bertransparan.
Di section ini lucu juga, karena sebelumnya kami sempat bengong ketika Bellboy membukakan pintu lift. Juga memberitahukan kami tentang garis kuning. Nggak biasa aja gitu lihat model lift kayag beginian.

Selanjutnya, ini salah satu bagian penting dari tempat penginapan. Yaitu kamar. Sebelum sampai di kamar, pasti melewati lorong dunk dan bagi saya desain lorongnya biasa saja. persis dengan lorong-lorong kamar hotel yang biasa kita lihat.
Untuk masuk kamar menggunakan model kunci kartu yang seperti biasanya. Jadi tidak ada istimewa di bagian ini. dan ruangan kamarnya, hmm.. sederhana dan very cozy. Walaupun tidak ada aura klasik di sini, kamar tipe Superior ini sangat bisa bikin betah. Ada meja berukuran panjang yang tidak banyak pernak-pernik, sehingga terasa luas. Dan lemari di kamar ini didesain menghemat ruangan. Lihat deh fotonya.


Toilet-nya pun mini tapi efisien. Cakep pula rupanya. Bagi saya toilet berukuran seperti ini persis tipe toilet yang ada di kamar kapal laut kelas VIP dan VVIP. Mungil tapi oke. Selanjutnya adalah jendela. Nah jendelanya masih mengunakan desain lama dan berbahan kayu. Tidak sulit dibuka. Dari jendela pada bagian kamar ini, saya dan Mia bisa melihat pasar saat pedagang mulai menempatkan gerobaknya di pagi hari. Di sore hari pun, saya sempat melirik para pedagang dengan pembeli yang masih ramai. Sampai malam hari waktunya mereka merapihkan semua barang-barang perlengkapan jualan.

Bukan pemandangan alam cantik yang dinikmati, melainkan situasi pasar di mana hiruk-pikuk kehidupan masyarakat Pangkalpinang bisa dipantau dari jendela ini. kalau saya suka dengan pemandangan seperti ini. Setidaknya bisa memberikan gambaran tentang mereka. Sedikit memang yang saya tangkap, tapi cukup menyenangkan.
Di hari terakhir di Kota Pangkalpinang, kami bisa merasakan breakfast di hotel. Tentu meraskan pagi dengan udara sejuknya dan desain ruang yang lagi-lagi cantik. Di sini saya berusaha untuk berkhayal tapi benar-benar menikmati suasana breakfast bersama teman-teman. Detik-detik terakhir bersama Pangkalpinang dan Menumbing Heritage Hotel yang klasik.

Interaksi saya bersama teman-teman terpenuhi. Sinar pagi dan ruangan yang mendukung merupakan ‘sesuatu’ bagi saya di kota Pangkalpinang. Maaf saya mulai baper. Tapi hanya yang baca tulisan ini saja yang tahu betapa berartinya komunikasi bersama teman di Kota Pangkalpinang ini. dan Menumbing Heritage Hotel yang membuat saya ingin kembali ke sana. Berikut merandai kembali Kota Pangkalpinang yang cantik. Merandai sejarah yang ‘penuh’.


Selain kelebihan-kelebihan di atas, tentu ada kekurangan pada Menumbing Heritage Hotel. Rasa dan penyajian makanan untuk sarapan pagi nilanya kurang. Hotel perlu mengejar perbaikan standar internasional pada taste, service, penyajian, dan penampilan makanan bila ingin kedatangan tamu wisatawan dunia. Apalagi Kota Pangkalpinang bakal menyelenggarakan Festival Perkusi Internasional dan Motor X GP di tahun 2017.
Menumbing Heritage Hotel bisa dipesan melalui online Website Menumbing Heritage Hotel
Sumber History Hotel : Staf Menumbing Heritage Hotel
Menumbing hotel ini kesannya agak-agak jadul tapi berkelas ya Mak. Keren!
Keren bangett
wah bagus juga , ya sudut-sudutnya unik
unik dan keceee
restorannya keren, senang model kayak gitu untuk bersantai sambil minum kopi 🙂
enak di sini..kalo ke Jkt ayo lah kita ke sini
Cantik banget hotelnya Mba. Kamarnya modern walau interior luarnya klasik. Kepengen ke pangkalpinang jadinya
cantik banget Des…sampe skrng pun masih terngiang-ngiang..kalo dirimu ke Pangkalpinang, nginap di hotel ini deh, wifi-nya lancarr jayaaaa
Lemari bukunya keren.. Eksotis gmana gitu. Padahal cuman lemari tua dan usang biasa..tapi penempatan dan dekorasi ruang kayanya itu mendukung juga… 😉
kece pokokna..
Suka sekali dengan hote ini, semoga nanti bisa nginep lagi … belum renang neh
Aamiin, semoga kita kembali ke sana…sama akuh juga belum renang…
hotelnya cakep yaa.. tapi sejujurnya aku suka serem ama hotel2 tua gini mbak :D. apalgi ada foto2 jaman dulu terpampang, auranya jd rada2 ;p.. yaa…aku memang penakut sih..
tapi suka ihhh liat barang2 vintagenya, truatama telp nya tuh.. aku smpet punya yg bgitu pas masih TK dulu :D.. Kalo hotel2 di kota kecil memang biasanya sajian makanannya kurang sih ya mbak.. pas kemarin aku ke sibolga pun sam aja tuh, makanannya yg kurang..