Food photography telah menjadi tren yang semakin hari bertambah peminatnya. Sebelum makan, hampir bisa dipastikan, kita lebih dahulu memotretnya, kemudian disebarkan ke akun sosial media. Di samping itu, bertumbuh pula peminat fotografi makanan yang ingin menekuni bidang ini. Semuanya berlomba agar hasil fotonya bagus. Namun, untuk motret makanan agar terlihat menggiurkan itu tidak mudah seperti yang dibayangkan. Ada proses di balik tampilan foto kuliner yang memesona. Yang memuat pengetahuan, teknik, latihan, properti dan peralatan.
Setelah menjadi pembicara Workshop Food Styling dan Food Photography di Bali beberapa bulan silam, Puji Purnama berniat kembali hadirkan WorkshopFoodStylingandFoodPhotography di Jakarta. PujiPurnama adalah salah satu food stylist ternama di Indonesia, mengadakan workshop ini untuk pecinta kuliner, hobi motret, orang yang ingin serius terjun, dan para Ibu rumah tangga. Menurutnya, ilmu menata makanan dan fotografi makanan sangat bermanfaat buat para perempuan. Apalagi, profesi food stylist di Indonesia masih sedikit, dan hal ini merupakan peluang besar.
Tanggal 12 Desember 2015, Restoran Talaga Sampireun, Bintaro, Puji Purnama bersama Ully Zoelkarnain (food photographer), merelakan ilmu dan pengalaman mereka tuk dicuri oleh 50 peserta yang hadir. Di pagi dan cuaca yang sedikit cloudy, ucapan Puji Purnama tentang foto-foto makanan yang beredar di Instragram, membuat hampir seluruh peserta tertawa geli. Bisa dibilang foto-foto kuliner di Instagram memiliki penataan dan angle yang sama. Padahal, ciri khas dan karakter dapat membuat hasil foto jadi seksi. Hasil foto yang bagus, ya yang seksi.

“Seksi itu jika punya karakter.” – Puji Purnama
Karakter terlihat dari kreativitas yang dilatih, hingga ciri khas si pemotret muncul. Karena keduanya merupakan salah satu kunci menuju keberhasilan – yang membuat seseorang berbeda dari lainnya. Keseksian tidak hanya timbul dari hasil foto, tapi juga berasal dari penataan makanan yang baik. Seorang penata makanan (food stylist) yang baik perlu memiliki mata sebagai seorang photographer dan mengerti soal angle. Hal ini dapat memudahkan photographer untuk mengambil gambar. Sebab, dibutuhkan kerjasama keduanya yang baik dalam hasilkan karya foto. Selain itu, diperlukan pemahaman mengenai budaya, nilai estetika, kebersihan, dan tentunya soal makanan. Mata pun harus detil menangkap serpihan kotoran atau benda-benda yang tidak diinginkan dan dapat merusak hasil gambar.
Food Stylist bertubuh tinggi ini juga mengungkapkan bahwa konsep dan tema merupakan hal paling utama dalam penataan dan potret kuliner. Hasil gambar kuliner yang bercerita akan membuat orang lebih tertarik, ditambah foto yang bikin orang ngiler. Profesi ini pun mau tak mau mempunyai properti sendiri. Menggantungkan properti klien, itu bukan jawaban dari profesi penata kuliner. Walau sebagai food stylist harus siap dengan properti yang seadanya. Untuk menghindari kekurangan properti, food stylist perlu mengkoleksi properti dan merawatnya.
Berikut tips dari Puji Purnama tentang properti kuliner:
- Spray berisi minyak zaitun dan air putih. Minyak zaitun, biasa disemprotkan untuk jenis makanan mie. Spray air putih untuk sayur-sayuran, buah-buahan
- Punya properti pribadi
- Properti harus direparasi dan dirawat. Jika ada lemari/ruang, taruh properti warna putih (misal:gelas,piring) di tempat paling dalam agar terhindar dari kekusaman warna.
- Menanam tanaman organik, sayuran, dan buah-buahan di pekarangan rumah. Double benefit: bisa dikonsumsikan sendiri sekaligus buat properti
- Membuat properti sendiri. Atau menyelusuri tempat-tempat di mana pun kita pergi. Misal: pasar, toko loak, dan sebagainya
- Harus kreatif dalam pengunaan properti
- Memotret es krim punya trik sendiri. Es krim itu mudah meleleh. Untuk mengatasinya, Puji Purnama tidak memungkiri penggunaan dummy sebelum take. Tidak mungkin kita atau klien menyediakan es krim dengan jumlah banyak.
- Berikan space 30% untuk properti saat menata
Selanjutnya, giliran Ully Zoelkarnain, fotografer komersil yang sudah wira-wiri di dunia foto kuliner, memberikan rahasia foto kuliner. Dia mengatakan bahwa fotografi adalah penataan cahaya. Mengenai ini, beberapa peserta yang hadir dengan profesi fotografer , akui apa yang diucapkan UllyZoelkarnain. Menurut mereka, memotret kuliner itu tidak mudah seperti halnya memotret liputan atau lainnya. Mereka sengaja datang ke workshop ini untuk mempelajari food photography.
“Fotografi adalah manipulasi cahaya, ” dan sebagai food photographer harus punya kecakapan mengontrol cahaya yang ada. Inti dari foto ialah harus bisa bicara, bisa membuat orang tergiur. Begitu ucap Ully Zoelkarnain. Dasar-dasar dari fotografi perlu dipahami: warna (white balance), kecerahan (brightness), dan kontras. Menurutnya, foto yang baik memiliki dimensi – ada terang dan ada gelap pada satu objek – agar objek terlihat bentuknya. Secara teknis, memotret kuliner bergantung pada ukuran sumbernya, harus memantulkan/refleksi dan bayangan, dan sudut penyebaran yang dikeluarkan oleh sumber cahaya. Makin kecil bayangan akan semakin soft, makin besar, maka gambar makin tajam. “Fotografi itu ilmu pasti,” katanya. Jadi tak boleh lupa ilmu fisika yang didapat dari sekolah.
Untuk menutupi cahaya yang banyak masuk dan menyebar, gunakan karton/kertas putih, silver, hitam, atau cermin. Ada satu kalimat dari Ully Zoelkarnain terkait alat foto, “Menggunakan DSLR atau smartphone tidak pengaruh, jika belum muncul di Billboard.” Haha, berarti, memotret kuliner dengan kamera atau smartphone, itu boleh-boleh saja. BIasanya untuk komersil, fotografer ini menggunakan media format dan kamera tele.
Ully Zoelkanain pun bercerita tentang kesulitan yang dialaminya dalam memotret makanan. Terutama pada makanan Indonesia karana warnanya kurang banyak dibanding dengan makanan Eropa karena lebih simple . Seperti Gudeg itu mono color, di antara kontainnya, krecek yang paling berwarna. Namun hal inilah tantangannya. Makanan Eropa secara bentuk sudah bagus begitu juga lighting-nya, jadi dijepret sederhana pun bisa. Terakhir, pria ini mengucapkan bahwa food photographer untuk sebagai profesi dan mata pencarian, peralatan kamera itu perlu, terpenting ilmunya.
“Foto makanan itu harus bisa membuat yang lihat merasakan kelezatan tanpa mencicipi lebih dahulu.” – Ully Zoelkarnain.

Setelah Puji Purnama dan Ully Zoelkarnain membagikan ilmunya, giliran peserta mempraktekkan apa yang telah dipelajari. Peserta dibagi 5 kelompok, dibagikan kuliner berupa makanan, puding, roti, dan buah-buahan. Properti dikreasikan sendiri oleh tiap kelompok. Itu awal niatan dari narasumber, namun yang terjadi, semuanya berpencar. Sibuk sendiri – mengambil gambar setiap kuliner. Mungkin, untuk workshop selanjutnya, perlu ada pendamping yang juga ahli pada tiap kelompok atau satu orang untuk tiap 2 kelompok agar lebih terfokus. Dan peserta pun bisa lebih menyerap ilmu serta bertanya lebih leluasa tentang teknis yang belum dipahami.
Melihat perangkat perang (media format dan para) yang berada di ruang workshop, sebaiknya tidak membuat diri mundur. Begitu juga yang hanya menggunakan smartphone. Semua orang berjalan dari titik nol dalam mencapai keberhasilan dan keprofessionalannya, so tak perlu gentar atau minder, justru jadikan sebagai pacuan.
Anyway, Thanks a lot to Puji Purnama, Ully Zoelkarnain, Shoot and Food Group, dan Semua Peserta. Untuk melihat foto-foto suasana Workshop Food Styling & Food Photography bisa kunjungi Jawara Makanan at Group Facebook
“Let’s learn from the expert”

Kali ini tanpa selfie, karena banyak juru foto berkeliaran di lokasi (bakunya bahasaku..)
Antara yang menggunakan DSLR dan Smartphone
Di awal, saat peserta kelompok masih setia alias rapi
Mba Sari, infonya keren banget.
Terus itu udangnya…
Ampuuunn… Mauuu
Makasih Mbak…Udangna itu yang paling bikin ngiler dan nungguin kelar difoto, lama banget..kayagnya makanan yg buat foto ngak ada yg dimakan..
Thanks banget infonya berguna mbak
Samisame Mbak…makasih sudah mampir
Poin2 yang disebutkan itu pernah diomongin sama teman yang kebetulan suka memotret makanan. pake dummy. pantes kok nggak meleleh :)))
Kalau aku untung-untungan. Kadang dapat angel yang pas kadang ya gitu deh :)))
Ya, kalau buat es krim begitu katanya…angle: hahaha, iya emang harus banyak latihan..
Waa…aku pgn bgt ikutan kl ada acara food fotografi. Soalnya bikin foto makanan paling susah buatku.
Baca ini jd nambah info. Makasih ya, mba…
samaaa, aku pun ndak bisa..nanti tah kabari ya..eh ada, coba lihat timeline-nya Ahmed deh
kadang suka gak sabaran sih kalo motret makanan, apalagi kalo udah laper. Jadinya ngasal 😀
wah ini samaaaaa kayag saya…hahaha…
Ilmunya dalam banget ya. Memang kalo mau mendapatkan gambar yabg bagus perlubkerja keras, makanya kadang kesel sama orang yg suka main comot gambar tanpa permisi
ska dicomot ya?..hehe nyebelin memang itu
Makasih sharingnya mba. Saya masih bingung soal pencahayaan.
samisame. makasih juga. saya juga bgitu..kta belajar terus saja Mbak..