Setuju kalau kita bilang Indonesia kaya? Lihat saja, Indonesia memiliki ribuan pulau, tepatnya 13.446 pulau dan 35 propinsi. Setiap propinsi mempunyai letak dan ketinggian yang berbeda – ada yang berada dekat laut, gunung, sungai, hutan dan darat – perbedaan tersebut mengerucut pada budaya, musik, adat, tari, bahasa, cara pandang, sumber alam, pakaian, tempat wisata dan makanan. Satu propinsi mewakili pulau-pulau di sekitar kawasannya. Perihal makanan pun diwakili di tingkat propinsi – itulah sebabnya ditemukan beragam makanan di tiap propinsinya. Dengan 35 propinsi, jumlah jenis makanan Indonesia kemungkinan berkisar ratusan, atau malah ribuan, adakah yang pernah menghitungnya? Bahkan, banyak kemungkinan macam makanan yang masih belum diangkat atau dikenal di masyarakat luas.
Kesadaran akan Indonesia kaya, telah banyak disadari oleh umat di Indonesia ini, namun tidak banyak yang benar-benar bisa memanfaaatkannya. Contohnya saja soal hak paten Rendang yang pernah di-caplok negeri tetangga, karena terlalu ‘nyaman’ dengan kekayaannya, masyarakat Indonesia tak terlintas untuk menjaga kekayaannya. Contoh lainya, Tempe, semestinya rakyat Indonesia yang memasarkan tempe ke negeri asing, tapi malah warga negara asing yang memperkenalkan tempe, bahkan menjual tempe mentah beserta tempe yang telah dimasaknya sendiri. Tahu “Bule Tukang Tempe?” Ia berasal dari London dan mempelajari tempe selama 2 tahun di beberapa daerah Indonesia.
Memasarkan atau mempromosikan kuliner Indonesia, sudah seharusnya masyarakat kita “gila-gilaan” memajukan Indonesia di bidang apa pun. Hotel Indonesia-Kempinski “gila-gilaan” secara elegan mempromosikan kuliner Indonesia selama satu bulan ini. Siapa tidak kenal Hotel Indonesia yang telah berdiri sejak 5 Agustus 1962? Sebuah hotel yang terkenal menu Bubur Ayam dan menjadikannya tren tempat nongkrong di tahun 1990-an – menu Bubur Ayam itu pun masih bisa dinikmati oleh masyarakat. Khas ke-Indonesia-an Hotel Indonesia-Kempinski membawa hasrat kuat untuk mempromosi kuliner dari 5 pulau Indonesia: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali-Lombok dan Sulawesi-Maluku, dari tanggal 5 Agustus sampai 8 September 2015, di Restoran Signatures, Hotel Indonesia-Kempinski.
Hari ini saya berdua dengan teman mendapatkan kesempatan mencicipi makanan khas dari Sumatera. Minggu ini memang minggunya Pulau Sumatera, minggu depan minggu milik Pulau Jawa, begitu seterusnya selama 5 minggu. otomatis menu tambahan di Restoran Signatures menyajikan kuliner Pulau Sumatera. Menu Rendang dan Pempek so pasti ada dan tidak mungkin tertinggal, karena kedua menu ini sangat populer dan sudah menjadi khas makanan Sumatera. Menu lainnya yang tersedia: Dendeng Balado, Bebek Kaliyo, Ikan Pangek, Sayur Pepaya, Mie Aceh, Sop Ikan Kuah Kuning, Ikan Goreng Lado Ijo, dan lain-lain.
Dari semua menu itu, saya tertarik menu Bebek Kaliyo, Sop Kuah Ikan Kuning, dan Ikan Goreng Lado Ijo. Alasannya, saya jarang mendengar nama menu tersebut kecuali bebek Kaliyo – salah satu menu favorite saya. Saya dan teman saya pun langsung mencicipi seksama dan juga langsung memberikan komentar setelah makanan tersebut dihabiskan. Ikan Goreng Lado Ijo, Anda jangan sampai tidak merasakan menu ini. Rasanya enak sekali! Ikan yang dipakai ialah Ikan Kerapu. Begitu pula pada Sop Kuah Ikan Kuning.
Sop Kuah Ikan Kuning. Ini menu paling kece! Rasanya bikin segar mulut, pikiran, dan tubuh, sumpah saya nggak bohong. Ternyata menu ini merupakan menu modifikasi yang diracik oleh Chef Marco Lim – berasal dari Sumatera Barat dan pastinya gemar berinovasi dan improvisasi resep – ia adalah Chef yang memasak semua makanan di pagelaran Pulau Sumatera – ia juga pemilik “Marco Kitchen” berlokasi di Plaza Indonesia. Menu ini rasanya tidak begitu asam, tidak pula pedas, tapi gurih, mantap jika dimakan di daerah pegunungan yang dingin itu. Tapi saya sedang berada di Jakarta yang panas dan merasa mantap-mantap saja menyantap Sop Kuah Ikan Kuning. Teman saya pun berpendapat sama.
Bebek Kaliyo. Sebagai pengemar makanan bebek dan cukup tahu mana makanan bebek yang enak dan yang tidak, menu ini sungguh memuaskan diri saya. Daging bebeknya empuk dan mudah dikunyah, barangkali Chef Marco Lim merebus bebek tersebut dengan memakan waktu berjam-jam. Ketiga tersebut merupakan menu andalan bagi saya dan saya rekomendasikan. Perihal makanan Sumatera, Chef Marco Lim mengatakan,
“Secara psikologis makanan Sumatera itu warnanya bagus, merahnya terang, kuningnya kunyit, melihatnya saja orang jadi berselera, aroma bumbunya kuat apalagi makanan Padang. Aroma bumbu, bentuk, dan warna mempunyai ciri khas tersendiri.”
Ciri khas. Ya, kuliner Indonesia memang memiliki ciri khas kuat di mata pecinta kuliner lokal maupun non lokal. Ciri khas, inilah keunggulan kuliner Indonesia yang beragam keunikan dan kuliner dari tiap propinsi/pulau mempunyai ciri khas tersendiri. Dan sebenarnya keunikan dan ciri khas itu bisa dijadikan modal besar untuk mempromosikan kuliner sekaligus negeri Indonesia yang banyak milik potensi besar. Saya bangga kuliner Indonesia dan saya bangga menjadi orang Indonesia. Apa yang diucapkan Chef Marco benar, orang asing bisa mengenali cepat kuliner Indonesia dengan hanya melihat dan mencicipinya. “Pedas, o, ini pasti makanan Indonesia,” begitu yang pernah sering saya dengar – meski tidak semua masakan Indonesia pedas. Masakan Indonesia yang pedas pun bisa disesuaikan dengan lidah dan perut yang tidak sedikit akan mengalami ‘gangguan’ jika menelan makanan pedas. Malah tidak kehilangan cita rasanya.
Restoran Signatures (yang ada tempat bermain buat anak-anak), ternyata selalu menyediakan menu makanan Indonesia yang tidak kalah enaknya dengan menu additional dalam menggalangkan “Indonesian Food Promo” di Hotel Indonesia-Kempinski. Ada jajanan pasar, Puding Srikaya yang enak banget rasanya, Sop Ikan Salmon yang dimasak seperti Asam Pedas, Otak-otak yang lembut dimakan, Gado-gado Padang, Ikan Pepes, Selada Padang dan masakan Indonesia lainnya. Saya berharap Hotel Indonesia-Kempinski lebih mengangkat lagi kuliner yang belum dieksplore dan belum banyak dikenal masyarakat.
Mari Indonesia promosikan kuliner Indonesia sebagai salah satu kekayaan dan potensi besar bangsa ini.Dan jangan pernah terlintas untuk menyalahgunakan atau mengeksploitasi kekayaan Indonesia dalam bentuk apa pun. Karena saya suka makan dan cinta kuliner Indonesia, semoga tulisan ini bisa mengajak masyarakat untuk mempromosikan kuliner Indonesia. Akan lebih cakep lagi kalau bisa memasaknya dan mempelajarinya, orang bule aja bisa masak makanan Indonesia, masa kita tidak bisa? Ini sebetulnya, nyindir diri sendiri. Hehe. Yuk, kita ramaikan Indonesian Food Promo di Hotel Indonesia-Kempinski, 5 Agustus-8 September 2015.
Sumber sejarah Hotel Indonesia: Wikipedia
Sumber foto : Dokumen Pribadi SN
Kontak untuk Reservasi : Twitter @KempinskiJKT
Hotel Indonesia Kempinski Jakarta
Tel: 6221. 2358.3800 Fax: 6221.2358.3808
e-mail : [email protected] website: www.kempinski.com/jakarta
wah udah nyampe duluan ke sana ^^ enak enak yaaa
enak-enak jenggg…
hem enaknya lihat foto-fotonya di saat malam, langsung bikin perut keroncongan bu. Saya juga ingin nyobain yang bebek Kaliyo hem… saya penyuka menu bebek/lalapan soalnya. ) Mari kita lestarikan masakan Indonesia bu. salah satunya mengabadikan via blog
Thank you Sandi..iya Ayam Kaliyonya juga enak nih..Siappp, mari lestaraikan kuliner Indonesia bersama