“Cintailah aku sebagaimana air yang mengalir dalam tubuhmu.“
Mendengar petikan kalimat di atas yang syahdu keluar dari bibir seorang Ayu Laksmi, membuat hati dan perasaan begitu menenangkan. Kumpulan kalimat berbau puisi sastra mengalir bagai ombak yang berdesir perlahan, membuka pertunjukan Tirtha Amrta, LIve Theatrical Music Performance, 27 Mei 2015, Jakarta Convention Center. Layar LED turut meneteskan derai-derai untaian sang kekasih, sang air, salah satu suara semesta. Pertunjukannya kali ini berkisah tentang sepasang kekasih yang tak lepas mengalami pertikaian hidup.
Sebagai penonton, saya menangkap sang tokoh pria lebih bijak dan memiliki sikap tenang ketika menghadapi sang tokoh wanita yang muncul kemarahannya atau sikap tidak menerimanya terhadap sesuatu hal. Mimik dan gerak tokoh wanita yang diperankan oleh Ayu Laksmi pun tersirat ekspresi rasa cinta dan hormatnya kepada sang kekasih, si tokoh pria yang dimainkan oleh Barlyant.
Mimik dan gerak sang wanita sangat jelas menunjukan kegamangan hatinya sekaligus kemarahannya. Meski, tak lama ia sadar atas perilakunya tersebut dikarenakan sikap dan ucapan sang pria – sang kekasih yang ternyata adalah air. Di tengah kisah, ia bertemu dengan anak-anak yang meredahkan keresahan hatinya. Jiwanya semakin tenang, setelah memainkan musik ‘penting’ (alat musik tradisional asal Bali) dan menuturkan sebuah kisah. Itu yang saya tangkap dari isi cerita pertunjukan ini, maaf jika saya salah.
Bagi saya pertunjukan ini cukup menyejukan dan amat nikmat. Pertunjukan yang memadukan seni suara, tari, puisi, musik, teater, dan seni olah tubuh, Yoga. Penataan lampu dan gambar latarbelakang di layar LED cukup mampu memadukan dan mendukung panggung pertunjukan LIve Theatrical Music Performance. Lagu yang dibawakan pun tidak hanya ‘berdialog’ bahasa Indonesia, tapi juga bahasa Bali, Inggris dan Malayu. Beberapa lagu diiringikan doa dan mantra yang tak terdengar seperti bersabda, melainkan keindahan semesta yang sedang bersuara. Lirik-lirik di tiap lagu disusun sederhana namun mudah dicerna dan penuh inspirasi. Musik yang ditampilkan cukup unik, bersenyawa, dinamis, mampu menerobos ruang rasa dan batin, dan tidak sedikit juga yang berirama ‘nakal’ karena memadukan musik Jawa, Bali, Sunda, Melayu dan Pop. Musik dan lagu yang ditampilkan diambil 7 lagu dari Album Ayu Laksmi “Svara Semesta 2”.
Sekarang saya akan sedikit bicara mengenai sekilas di balik pertunjukan Ayu Laksmi. Sebelum acara dimulai, terlihat anak-anak dari Sanggar Seni Bali Rawamangun berkumpul dan berdoa bersama yang dipimpin oleh pelatih mereka. 3 Penari muda berwajah manis melakukan hal yang tak berbeda. Kemudian muncul seorang pria yang menyebut namanya Barlyant. Pemain si tokoh pria tersebut melatih gerak dan kelenturan tubuhnya dengan ber-yoga. Setelah itu, bersama Ayu Laksmi, melakukan doa dan meditasi. Menyaksikan pemain berdoa sebelum pertunjukan, bagi saya itu hal biasa. Lain halnya melihat pemain melakukan meditasi sebelum pertunjukan, dan saya kali pertama melihatnya.
Selanjutnya mengenai pemain anak-anak. Pertunjukan seni yang melibatkan anak-anak, memang bisa membangun suasana panggung lebih hidup. Ayu Laksmi mengakui bahwa setiap pertunjukannya selalu melibatkan anak-anak. Sebab, anak-anak adalah harapan bagi Ayu Laksmi. “Jika tidak bisa membagi pesan kepada orang dewasa, maka anak-anaklah yang akan membawa pesan tersebut. Anak-anak juga harapan bangsa dan yang akan membangun negara ini,” ucap Ayu Laksmi. Misalnya saja dalam kisah pertunjukan ini, ada adegan anak-anak yang sedang dikisahkan cerita mengenai air oleh tokoh wanita. Anak-anak tersebut bisa menceritakan tentang air kepada teman-teman lainnya dan juga dapat memberitahukan perilaku yang tidak baik terhadap air, contoh: tidak boleh membuang sampah di got. Ya, dalam pertunjukan ini, memang menyuguhkan kisah Air yang harus dicintai, dijaga, dihargai, dan dihormati kehadirannya yang banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Biasanya anak-anak selalu bersama orangtuanya, ketika mereka berkomunikasi, anak-anak mendengarkan apa yang diucapkan oleh orangtuanya, begitu juga sebaliknya. Dan pesan-pesan pun bisa disampaikan selaras serta mengena tujuan. Itulah yang membuat Ayu Laksmi melibatkan anak-anak dalam setiap penampilan dan pertunjukannya.
Lirik-lirik yang tercipta di tiap lagunya selalu membawa inspirasi. Lirik-lirik yang bersuara puitis dilapisi sastra. Baris-baris kalimat di dalam pertunjukan ini pun tersuguhkan suara semesta yang menawan. Acungkan jempol buat Tim penulis Ayu Laksmi. Sedangkan penulis lirik di dalam lagunya adalah Ayu Laksmi sendiri. Sengaja, Ayu Laksmi dan Tim membuat konsep berlapiskan pesan yang mudah ditangkap penonton dengan menyajikan kisah percintaan sepasang kekasih. Bukankah perihal cinta dan kekasih sangat ‘mengelitik’ manusia?
“Hidup adalah air. Air itu sendiri adalah kehidupan yang merekatkan kita pada dunia.”
Tidak hanya soal cinta, tapi juga alam semesta. Semesta yang ‘berkawan’ dengan manusia di keseharian hidupnya. Tidak berbeda dengan cinta, banyak orang menganggap alam semesta sebagai pasangan yang tak bisa dilepaskan begitu saja. Karena sebelum manusia lahir, alam semesta telah lahir terlebih dahulu. Sudah semestinya manusia menghargai, menghormati, menyayangi, menjaga, berkomunikasi dengan alam semesta. Tidak jarang alam memberikan peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Ayu Laksmi berusaha untuk selalu mengeksplorasi yang bukan hanya musik saja, tapi juga hal-hal yang terlupakan, seperti; budaya, gaya hidup, kearifan lokal, simbol dan alam semesta. Dari alat musik yang dimainkan tim musik, terlihat jelas mereka tak hanya menggunakan alat musik berteknologi, tapi juga alat musik tradisional. Mereka cukup piawai membawakan alat musiknya, tampak jelas aura di raga mereka saat memainkannya. Satu kata buat mereka “Menawan”.
Ayu Laksmi membawa teman-temannya sejumlah 25 orang yang semuanya bermukim di Bali dan 15 orang dari Jakarta untuk pertunjukannya di Jakarta dan Bandung, 28 Mei 2015 – yang dihadiri oleh Walikota Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil. Sukses selalu buat Ayu Laksmi dan tim. Suaramu tak pernah hilang kejernihannya mengikuti suara semesta yang masih banyak belum ditumpahkan dari kepalamu.
Wow … keren.
Elu pasti senang deh, byk kalimat2 putisnya keren2..sayang ketangkap sm gw cuma sepotong2..