Pada suatu ketika
Menjelang pagi
Di hari kebebasan
Tak tahukah kalian penjara itu penuh sesak? Satu ruang kamar berisi tumpukan pepes ikan berkeringat. Pepes ikan yang mampu membangun kerajaan, lalu berpura-pura sesak, namun di istimewa tertidur pulas – sebelumnya membagikan lembar rupiah kepada yang berharap. Pengharap yang tolol!
Suatu hari. Ya, di pagi hari, pepes ikan menuangkan petrol di setiap lorong, langkah selanjutnya, mudah ditebak. Pemetik api disulutkan. Mari membakar. Ikan terlepas dari pepes. Terlepas pula dari bakar. Karena sebelum api, mereka terlebih dulu berenang ke alam bebas.
Selamat tinggal, Penjara!
~*~
Pada suatu ketika
Yang terhina menangis pilu
Di sudut lain memendam dendam
Dia tidak mencintai laki-laki. Dia juga tidak mencintai perempuan. Tapi dia menggauli keduanya. Akhirnya, dia bercerita. Tentang belia yang terkoyak. Tentang desahan yang melekat. Tentang dinding-dinding yang hanya bisa diam. Tentang alat vital yang gemar birahi. Tentang orang yang kataya lebih dewasa. Tentang keinginan yang harus dipenuhi. Mungkin, dia terpatri, bahwa kekasihnya adalah binatang buas.
Argh. Cinta itu abu-abu. Siapa bilang berwarna? Paling tidak berwarna merah jambu. Tapi, itu mustahil! Dia tidak percaya cinta. Baginya ialah palsu. Hingga sesuatunya harus dijalankan berdua, apa daya memori tak pernah berhenti membuntutinya. Januari lalu, malah melahapnya habis. Di kala, dia melewati masa 20 tahun. Dia masih menyimpan kemarahan yang tertahan di sebuah sudut. Huh, bagaimana dia bisa bertahan tanpa sakit. Bagaimana dia bisa berdua?
Dia menggelengkan kepalanya perlahan seraya membenci laki-laki dan perempuan berkilat-kilat.
~*~
Pada suatu ketika
Kamu muncul, Kejutan!
Merangkai indah tak tersapu
Mengapa kamu pernah ada? Padahal, aku telah bertanya kepada Tuhan. Jawaban-Nya belum selesai. Tiga tahun berbicara kepada benda-benda. Berpikir, mungkin mereka lebih tahu jawabannya. Ratusan malam, tak luput dari pertanyaan. Sebetulnya, aku lelah, namun aku masih dikejar penasaran. Olala..
Aku ingin amnesia. Malah, kamu, Amnesia! Jadi, apa tiga tahun lalu itu? Indah, sayangnya hanya amnesia..
Ah, kamu memang pandai mengkreasikan kejutan-kejutan yang sumpah mati tak ingin kuhapus dari kotak ingatan.
Amnesia? Urgh, aku benci penyakit itu!