..Hujan bulan Juni..
Bagaimana bila diganti “Hujan Bulan Juli”?
Resahkah kau, Wahai Sapardi-ku..?
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Karena Juni
Bercerita soal ketahanan hati
Di antara pepohonan cemara, udara dingin dan gebyar hujan
Menyimpan rahasia yang ditaruh ke dalam secangkir kopi
lalu, apa kerja pohon berbunga yang kaumaksud itu?…
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Juni punya banyak mata-mata
Digoda oleh kaki-kaki nakal
Dan dihapus bersih ribuan huruf
Ragu tapi masih di Juni
Tiba-tiba saja, Juli merayu lebih mahal
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Juni adalah tukang timbun kronologi
Berkumpul ramai di bawah samudera
Lalu, Membisu agar lainnya menjadi sederhana
Dijilati , dikunyah dan ditelan
Namun, Di Juli, Hujan semakin deras
Dan Juli menyimpan taktik rindunya sendiri di akar pepohonan itu
Berharap, Agar setiap musim kuasa mendentumkan kata sebuah rindu dengan elegan…
Hujan Bulan Juni adalah kreator rindu
Hujan Bulan Juli adalah Rindu yang menyebar kemana-mana…
Wahai, Kekasihku, Sapardi, Beginikah rindu yang kaumaksud itu?…
Hujan Bulan Juni adalah kelanjutan HUjan BUlan Juli..
NB: Puisi Sapardi Djoko Damono..