Penampilan Sinyo dalam Film Wonderful Life

8
1118

Film berjudul Wonderful life sedikit membuat saya membayangkan, apa rupa wonderful life yang disajikan dalam film ini. Saya langsung teringat “Beautiful Life” yang mengisahkan seorang bocah yang menyaksikan kekejaman Nazi namun ayahnya bisa menjelaskan setiap kejadian dengan tidak menyeramkan. Setiap ucapan ayahnya membuat si anak tidak seperti berada dalam peristiwa pembunuhan massal. Malah bisa dibilang si anak menjalani hari-hari indah bersama ayahnya di kamp Nazi.

Wonderful Life yang disutradarai Agus Makkie bukan bercerita tentang perang maupun hal keji. Tapi mengenai kehidupan yang indah (sama dengan Beautiful Life) meski di balik keindahan itu ada sesuatu yang sebelumnya kita tidak bisa terima karena ketidaktahuan atau ketidakpedulian. Di film ini yang diperankan Atiqah Hasiholan (Amalia) mempunyai anak Disleksia (kesulitan membaca dan menulis) bernama Aqil.

Guru sekolah Aqil sering memberi hukuman karena ia tidak pernah menyelesaikan PR dan nilai rapornya di bawah rata-rata. Gurunya pun kerap memanggil Amalia karena hal ini. Teman-teman Aqil pun suka mengejeknya “Bodoh” karena tidak dapat menulis dan membaca. Apa yang dialami Aqil membuat Amalia bertanya-tanya. Awalnya Amalia datang ke terapis yang mengatakan bahwa Aqil disleksia. Tapi Amalia tidak percaya. Terapis itu hanya menyarankan, “Bersahabat dengan Aqil”.

Setelah terapis, Amalia mulai menyelusuri pengobatan herbal dan para dukun pengobatan. Kemudian, membawa Aqil untuk berobat dengan dalih jalan-jalan. Di bagian ini cerita mulai hidup dan ada hal baru yang saya temukan.

Hal-hal yang saya suka pada Film Wonderful Life

Karena saya bukan ahli di bidang film dan tidak berani untuk mereview sebelum memahami seputar film, ya jadi kesimpulan saja. Semacam sudut pandang personal saja. Lanjut tentang Wonderful Life, scene awal sampai akhir perjalanan memberikan jeda pada scene yang memperlihatkan profesi, kondisi kantor, dan rekan Amalia (Alex Abbad) secara silih berganti. Keribetan tokoh Amalia dan rekannya mengambarkan kejadian-kejadian yang sering terjadi saat meng-handle klien.

Karakter Amalia yang pekerja dan Boss lumayan meyakinkan dimainkan oleh Atiqah Hasiholan. Scene selanjutnya,  menurut opini saya, permainan Atiqah kalah menawan dengan Sinyo, si pemeran Aqil. Saya melihat Sinyo bermain begitu spontan, ringan, lepas, dan natural. Sedangkan Atiqah terlihat acting-nya diperbantukan oleh permainan Sinyo. Namun, ketika adegan Amalia memeluk Aqil (bagian akhir film) saya menikmati permainan Atiqah. Malah adegan pelukan mereka membuat saya meneteskan air mata dan wajah saya tersenyum. Seolah-olah saya merasakan diri Amalia yang ternyata malah belajar dari Aqil soal jiwanya yang petualang.

Kalau saya bilang, Sinyo lah yang bikin ini film tampil apa adanya, tidak berlebihan tapi indah. Setidaknya itulah tujuan dari film Wonderful Life yang menceritakan bahwa anak disleksia bukan anak yang bodoh ataupun pemalas. Tapi anak disleksia punya daya kreativitas luar biasa dan membutuhkan dukungan dari  orang-orang di sekitarnya .

Cerita ini diambil dari sebuah buku berjudul “Wonderful Life” – kisah nyata Amalia Prabowo yang memiliki anak disleksia namun berbakat di bidang seni gambar. Suguhan kisah Aqil cukup baik digambarkan dalam film ini. Barangkali ini berkat polesan kerjasama Jenny Jusuf dan para produser yang salah satunya adalah Angga Dimas Sasongko. Juga termasuk Agus Makkie yang juga sutradara iklan. Pastinya peran Sinyo yang mampu menempel ke dalam karakter Aqil.

Sayangnya, film ini bergambar biasa-biasa saja. Mungkin sengaja pengambilan gambar dihadirkan secara apa adanya – mereka lebih mementingkan segi cerita yang menyampaikan pesan dan edukasi. Bagi saya sih ini oke-oke saja, terpenting, kan, pesannya.

Ada dialog dan adegan yang saya suka dari film Wonderful Life:

  1. “Bersahabatlah dengan Aqil”
  2. “Semua anak terlahir sempurna” – ketika ahli herbal (Didik Nini Thowok) bilang Aqil tidak sakit hanya pencernaannya bermasalah
  3. Adegan ketika Amalia dan Aqil di warnet. Amalia mengira Aqil bakal kena marah oleh pemilik warnet karena mengambar di dinding. Nyatanya pemilik malah menyukai karya Aqil dan menyuruh Aqil mengambar lagi. Jika perlu seluruh dinding warnet.
  4. Adegan Aqil meloncat ke perahu. Sinyo tampak santai, terlihat tidak khawatir akan jatuh. Duh, bikin naksir nih si Sinyo. Senyuman dan tawanya pun sumringah seperti datang begitu saja tanpa arahan sutradara.
  5. Munculnya 2 tokoh yang menyewakan perahu kepada Amalia. Saya bilang 2 tokoh ini yang saya lupa namanya, cukup menyegarkan cerita dibanding pemeran lainnya. Spontanitas dan banyolan mereka sangat menghibur juga menonjok.

“Ada sih hotel, jendelannya jendela langit, kasurnya kasur rumput. Pake AC, nanti saya hembuskan dari mulut..” ya ini kalimat yang saya proses di kepala bisa jadi bukan kalimat yang susunannya benar di dialog. Tapi itulah tangkapan saya.

  1. Salah satu dukun menyarankan Amalia untuk mengajak Aqil beraktivitas luar. Kesimpulan saya, anak disleksia membutuhkan keintiman atau hubungan dengan alam yang membuatnya mengembangkan ekspresi dan karyanya. Bisa jadi karena saya penyuka jalan-jalan dan doyan mencium alam. Bagi saya itu merupakan nutrisi yang meningkatkan stamina yang tidak hanya tubuh melainkan pikiran dan pandangan.
  2. Perjalanan Amalia dan Aqil membuat Amalia banyak belajar dari Aqil. Jika ingin tahu, tonton saja filmnya.

6 hal di atas yang masih terngiang-ngiang dan itu not bad dibanding film-film Indonesia lainnya. Sorry to say. Menurut saya masyarakat yang belum tahu soal disleksia, perlu menonton film ini. Dan selamat buat pemain baru, Sinyo yang berhasil bermain memikat. Disleksia dibuat indah olehnya.  Kapan, ya bisa bertemu anak ini?

Judul Film : Wonderful Life

Pemain : Atiqah Hasiholan, Sinyo, LIdya Kandau, Alex Abbad

Penulis Skenario : Jenny Jusuf

Sutradara : Agus Makkie

Producer : Handoko Hendroyono, Angga Dimas Sasongko, Rio Dewanto

Produksi : Visinema Picture

8 COMMENTS