Hubungan Erat Personal Branding dan The Power of Content

6
799

The Power of Content, tema yang diangkat Serempak bertepatan hari Blogger Nasional, 27 Oktober 2016, Binus FX Senayan. Serempak telah beberapa kali mengadakan acara dengan tema berbeda tanpa lupa  menyuarakan 3 Ends: End violence against woman and children; End human trafficking; dan End barriers to economic justice.

The Power of Content punya hubungan dekat dengan Personal Branding. Dalam  personal branding mau tak mau seseorang harus mempunyai content yang kuat. Ketiga topik tersebut dibawakan Ina A. Murwani, Deputy Head of Marketing Binus Jakarta, Ani Berta, Social Media Activist & Sekjen IWITA, Maman Suherman, penulis, dan Irwin Day, blogger & praktisi IT.

The Power of content Foto Sari Novita

Pembicara pertama, Ina A. Murwani, cukup singkat memberikan tips personal branding buat 100 blogger yang hadir.

Tips Personal Branding:

  • Menentukan tema/niche blog. Kalau suka menulis perjalanan, bisa memilih niche travel, suka film ya pilih film, tertarik kuliner, nulis kuliner. Bagaimana jika suka semuanya? Kebanyakan sih niche-nya jadi lifestyle. Meski terkadang saya tidak setuju dengan  sebutan gaya hidup. Saya juga tidak tahu alasan sebutan lifestyle menjadi niche bagi kebanyakan blogger termasuk saya. Haha. Kalau menurut saya, menulis ya nulis saja, nanti juga mengerucut niche-nya. Metatag di blog juga harus sesuai dengan content dan memudahkan orang saat searching dengan keyword yang sama dengan isi blog.
  • Menentukan target audience/mengenal pembaca blog kita. Setelah niche, pasti kita jadi tahu siapa yang akan menjadi pembaca kita. Atau sebaliknya, bila kita masih bingung menentukan niche, kita bisa lihat posting blog yang paling banyak dibaca/disukai pembaca. Dari informasi pembaca blog kita yang bisa dilihat melalui google analytic, kita bisa mengenal siapa pembaca kita.
  • Menulis sesuai niche/tema blog. Disarankan untuk tetap menulis menyesuaikan tema/niche.
  • Pilih warna, font, logo, dan tagline. Hal ini bisa membuat pembaca mengenali siapa kita apalagi jika tampilannya menarik.
  • Selalu gunakan foto pribadi di blog. Foto pribadi jelas bisa membuat pembaca mengenal wajah kita. Namanya juga personal branding, ya harus menampilkan foto pribadi. Juga di dalam postingan kita.
  • Invest to build your brand. Berinvestasi di ruang social media, comments, write, advertise, SEO, dan analytics. Tidak mengutamakan blog saja, namun perlu ber-social media – rajin bikin status/post yang mencuri perhatian sekaligus bermanfaat. Selalu membalas komentar di social media dan blog. Mengerti SEO dan KEYWORD untuk menulis artikel maupun posting di social media. Mengunakan Facebook Page dan jika perlu ads. Kalau bisa sih mencari follower secara original without ads. Tapi jika tidak bisa, apa salahnya menggunakan FB ads? Bisa loh bikin quiz dengan mekanisme yang menyenangkan di social media untuk menambah follower dan menampilkan personal branding.

The Power of Content; Serempak. Foto Sari Novita

Tips personal branding yang dibagikan Ina A. Mawarni berkaitan dengan content. Pasti sering dengar, dunk istilah “The Power of Content”? Sebelum menguatkan personal branding, dianjurkan meningkatkan kualitas content. Isi content pun tidak saja soal tulisan melulu, tapi perlu tampilan image/foto, video, dan infografis yang bagus dan menarik. Ani Berta, pembicara kedua, mengiyakan bahwa foto, video, dan infografis bisa dijadikan alat pendukung content.

Kisi-kisi Ani Berta untuk memperkuat content:

  • Jika tulisan reportase, kecepatan publish di blog memang perlu. Ya, seperti media online saja. tapi ingat, blogger bukan media online. Tulisan pun usahakan berbeda dengan yang lainnya. Biasa wawancara personal, penulis akan dapat cerita yang berbeda bahkan unik. Untuk menambah informasi  tulisan akan lebih baik ditambahkan observasi/riset. Tulisan yang padat bakal disukai pembaca bahkan menjadi resensi. Dan tetap berpedoman pada 5W +  1H
  • Tadi yang disebutkan di atas; foto/image, video, dan infografis.
  • Opini penulis. Memberikan opini personal di dalam tulisan, biar lebih terasa blogger-nya gitu. Blogger, kan menyuguhkan story telling karena ini yang dijual.
  • Invite people to do something. Ani dan saya tidak berbeda dalam hal berbau sosial. Ada beberapa klien yang kita tidak perlu memasang harga menyangkut sosial dan kemanusiaan. Atau bisa juga mengajak orang lain/blogger/publik untuk membeli sebidang tanah dengan menanam sayur-sayuran/buah-buahan. Hasilnya bisa digunakan sendiri maupun diberikan kepada orang lain. Fungsinya sih agar kita bisa mandiri di bidang pangan tanpa tergantung orang lain/Pemerintah/penguasa.
  • Jadwal posting. Tidak hanya posting di blog. Buatlah jadwal content di LinkedIn, Google+, Instagram, Pinterest, Facebook, dan Twitter. Share links, quotes, image, reshares, dan updates. Atau informasi apa pun yang sesuai dengan niche. Dan sajikan dengan

“If content is the fuel for your personal brand, social media is the engine” – Kevan Lee.

Quotes itu saya copas dari blog-nya karena saya suka dengan kalimatnya. So, mari sama-sama menguatkan content dan memanfaatkan sosial media. Nantinya personal branding bakal terbentuk sendiri. Personal branding pun tidak hanya online, tapi juga offline. Jadi, write your own story di blog dan social media, online maupun offline.

Maman Suherman
Maman Suherman

Selanjutnya, bekal dari Irwin Day. Tulis yang mengedukasi, informasi, dan menghibur. Menghibur? Penting kayagnya nih karena orang banyak kerap mengalami stress maupun bosan dengan tulisan yang beredar saat ini. Menulis hal-hal edukasi atau informasi yang enak dibaca memang tidak mudah. Tapi saya yakin, kita sudah tahu bagaimana membuat tulisan yang terus-terusan dibaca pembaca dengan mengalir. Tanpa jeda atau dilewatkan paragraf-paragfraf tertentu.

Maman Suherman yang saya kira bakal membagikan kunci-kunci personal branding ataupun the power of content, dia justru menyuarakan yang menjadi kekhawatirannya. Yaitu masalah kekerasan wanita dan anak. Setiap harinya,  35 wanita mengalami kekerasan. Sekitar 65% pelaku kekerasan berasal dari kerabat dekat.  Jika tidak bersama-sama menyebarkan awareness dan edukasi, maka matilah kemanusiaan. Saya setuju sekali dengan pernyataan Maman Suherman, “Permasalahan perempuan bukan masalah perempuan, tapi masalah kemanusiaan.”

Tulisan ini juga bersumber dari:

6 COMMENTS