Afonso Cruz, Novelis yang Membeberkan Rahasianya

4
701

Tujuan saya ‘menghadirkan’ Afonso Cruz untuk membuka mata bahwa orang yang memiliki lebih dari satu bakat dan talenta bukanlah orang yang tidak bisa fokus dan sulit untuk meraih sukses. Banyak bakat dan talenta, hinggap pada anak muda  dan masyarakat Indonesia di jaman sekarang. Memang perlu cara tepat untuk mengatasinya, yaitu bakat dan talenta yang diasah serta melibatkan semuanya dalam 1 karya atau pekerjaan atau sekedar menuangkan ekspresi.

Afonso Cruz adalah salah contoh yang perlu dijadikan role model. Terlebih bakat seni dan menulis yang dicintainya merupakan ruang eksplorasi yang luas –  menghantarkan kebahagiaan dan memindahkan kerumitan hidup ke dalam keindahan.

Seni adalah imajinasi tanpa batas. Tidak berbeda dengan Sastra. Bagi seorang Afonso Cruz, seni tidak boleh dibatasi. Dia melakukan aktivitas  seni yang disukainya. Memiliki bakat dan talenta yang banyak tidak membuatnya kehilangan fokus dan impian. Malah, bukan bakat dan talenta, ada hal lebih utama untuk meraih impian, yaitu passion. Dengan passion, orang akan melakukan apa saja agar memenuhi kepuasan dan kenikmatan yang dicari. Orang akan rela belajar mati-matian, bahkan menghabiskan waktu yang menurutnya bermanfaat bagi masa depannya. Orang akan terus latihan dan latihan untuk mendapatkan hasil yang bagus. Dan membiarkan dirinya melakukan passion-nya secara rutin dan disiplin.

I guess that comes with practice -not talent – and practice comes with self-discipline or passion (the second, I believe, it’s a much better way). Afonso Cruz.

Bakat dan talenta yang lebih dari satu justru bisa dijadikan tempat ekspresi. Menurutnya,  Everybody can express themselves in more than one way. Saat di situasi seperti itu, Afonso mengekspresikannya melalui bantuan kuas, ukulele, dan pena. Dan itu  seperti tertawa, bila menemukan hal lucu atau sedih saat merindukan seseorang. Dia juga bisa mengerjakan hal berbeda dalam sehari, karena dia suka atau harus melakukannya untuk menyelesaikan project.

Afonso pun mengakui bahwa seni adalah perjalanan. “My perspective: art will always be something that you can not confine into a definition.Saya setuju dengan pandangannya terhadap seni. Seni tidak  bisa divisualisasikan sebagai gelas, laut, awan, bumi, kuteks, atau apa pun. Seni tidak terbatas dan tak bisa diukur. Tidak heran dalam mengekspresikan perasaannya, Afonso tidak membatasi harus menggambar atau harus menulis. Dia melakukan hal yang ingin dilakukan dan yang dia sukai. Dan proses berseni itulah disebut perjalanan, karena seni tidak hanya sekedar berkarya, namun juga melibatkan pengalaman hidup dan ilmu pengetahuan secara teknis maupun non-teknis.

Afonso Cruz adalah seorang novelis berasal dari Portugis yang lahir di tahun 1971. Sangat menyukai lukisan “Chagall dan  Schiele” karya Paul Gauguin, pelukis Prancis beraliran post-impressionist yang namanya baru terkenal setelah ia meninggal dunia.  Paul Gauguin juga seorang penulis, pematung, dan pembuat keramik. Persis Afonso yang punya bakat dan talenta serta aktivitas seni lebih dari satu.

Selain penulis, Afonso juga seorang illustrator, sutradara film animasi, komposer, dan musisi (anggota band dari The Soaked Lamb). Prestasinya dalam menulis sangat mengesankan – dalam 7 tahun berkarir – telah menelurkan 20 novel – dan memenangkan Camilo Castelo Branco Grand Prize, European Union Prize for Literature, Best Portuguese Novel,  Best Novel of 2012 Publico Newspaper, Author Award in Literature 2014 Portuguese Society dan terpilih sebagai salah satu dari empatpuluh orang berbakat di  masa depan, koran Expresso, 2012.

“Kokoschka’s Doll” adalah novel Afonso Cruz yang mendapatkan penghargaan European Union Prize for Literature, dan di tahun yang sama,  Best Portuguese of the Year dari Majalah Lisbon dan Novel terbaik 2012 koran Publico. “Kokoschka’s Doll” merupakan simbol dan metafora yang bercerita tentang persahabatan dan fundamental identitas diri. Melibatkan unsur musik yang selalu hadir di novel ini, yaitu gitar dan chord – tentu sebagai simbol dan metafora – terhadap orang dikalahkan dan juga pengklasifikasian manusia.

Sedangkan “Jesus Christ Drank Beer” berkisah tentang seseorang yang bersedia menyerah untuk mengubah dirinya. Tentang kemampuan melawan dalam mengubah kehidupan. Gadis muda dalam novel ini berkeinginan memenuhi permintaan terakhir neneknya untuk pergi ke Tanah Surga. Namun, gadis itu tidak mampu membiayai perjalanan dan sang nenek secara fisik sudah tidak dapat melakukan perjalanan itu. Gadis muda itu memutuskan untuk mengelabui dan membawa sang nenek ke desa kecil, dengan bantuan penduduknya, menyamar sebagai  Jerusalem.

Membaca sedikit ringkasan kedua novel, terlihat jelas Afonso mengisi novelnya dengan seni dan riset yang membutuhkan ketelitian dan waktu. Tampaknya, pengetahuan, pengalaman, dan talentanya telah memberikan proses tersendiri bagi Afonso Cruz. Sehingga, dia ‘bermain’ di novelnya bersama seni dan kehidupan yang dijadikan simbol atau metafora yang kerap bertebaran pada novel-novelnya.

Afonso Cruz dalam menyelesaikan novelnya ( untuk standarnya, 250 halaman atau lebih) biasanya 2 bulan untuk draf pertama. Meski, sebelum dia mulai menulis, ada waktu berkala yang dia temukan untuk mengukurnya, saat bergulat dengan ide dan struktur pengerjaan.  Setelah draf pertama, biasanya dia butuh beberapa bulan lagi untuk proses editing.

Bagi Afonso ‘bumbu’ terpenting dalam menulis novel ialah membaca. Kegiatan membaca yang telah biasa dia lakukan, memudahkan dirinya pula dalam riset. Riset bukan menyempurnakan sebuah novel, melainkan kesalahan-kesalahan atau kelemahan penulisan yang menyempurnakan. Kesempurnaan bisa ditemukan setiap saat. “I do the best I can, even knowing my infinite limitations, mistakes and flaws. It’s just a way of being sincere, ungkap Afonso mengenai apakah menulis dan riset bisa menyempurnakan sebuah novel.

Selain itu, seorang novelis pasti mempunyai figur-figur yang menginspirasi perjalanan karirnya serta dalam penulisan novel. Begitu pula Afonso. Diantaranya, Kazantzakis, novelis dan filsuf asal Yunani, karena begitu sempurna menggabungkan filosofi, puisi, dan plot. Selain itu, Dostoyevsky (novelis, jurnalis, filsuf, dan eseis dari Rusia) dan  Antoine de Saint-Exupéry (Bangsawan Prancis, penulis, dan penyair) yang jago memadukan filsafah dan puisi pada novel mereka. Rumi, karena toleransi religinya yang maju dan his sense of beauty yang dikagumi Afonso. Sebetulnya banyak nama yang memengaruhi Afonso dan tidak mungkin dia sebutkan satu per satu.

Jelas bukan? Betapa menariknya sosok ini yang menggabungkan riset, filosofi hidup, seni, simbol, metafora, klasik, dan kisah yang berbeda ke dalam novel bernyawa sastra. Pandangan saya terhadapnya, kegiatan berbeda (atau bakat dan talenta) bisa dijadikan satu karya, contohnya novel Afonso Cruz. Dan kegiatan tersebut tumbuh karena passion. Afonso pun membuktikannya melalui prestasi yang dia raih.

Pertanyaan terakhir saya, “Whats your legacy for young writers?

He answered, “Read. That’s the fuel for writing. There are exceptions, of course, but that it’s the most reliable method I know. It’s simple, effective and can be resumed in a word, or, even better, a passion: read.

Rasanya, bakal banyak pecinta sastra dan makanan tidak sabar mencicipi Octopus dengan resep dari Portugis yang bakal diolah oleh tangan Afonso Cruz di Kitchen Program “Jesus Christ Drank Beer”, Ubud Writers & Readers Festival.  Di sesi ini,  penulis  bakal menghubungkan demo masak mereka dengan latar belakang sastra mereka. Dan kemungkinan besar, Afonso akan bercerita tentang bukunya dan inspirasinya terhadap buku yang dia tulis.

Program lainnya yang tak kalah ditunggu, makan malam bersama Afonso Cruz, Chef Rahung Nasution dan Chef Bara Pattiradjawane , dan penulis lainnya saat Special Event “Long Table Dinner”, 31 October 2015, Ubud. Di acara ini juga  bakal hadir Eka Kurniawan yang terkenal dengan “Cantik Itu Luka” (bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing). Hadir pula M. Aan Mansyur, Raditya Dika, Adimas Immanuel dan Seno Gumira Ajidarma. Ho ho ho..

Yang bikin gentar, Afonso hendak membagi rahasia untuk ‘bernafas kehidupan ke dalam yang tak hidup’ saat Main Program: Inanimate, Vegetable, and Mineral. Menit-menit yang berbicara metafora, karakter yang unik, dan dunia yang kompleks. Wow, ini bakal seru dan mengasyikkan. Afonso juga bakal mendongeng sejarah dan budaya, apa yang benar dan apa yang salah kepada anak-anak di Main Program: Telling Tales.

Bagi kamu-kamu yang suka plus cinta dunia sastra, harus datang dan berjumpa Afonso Cruz serta penulis keren lainnya pada acara Ubud Writers & Readers Festival, 28 Oktober – 1 November 2015, Ubud, Bali.

 

Big Thanks to Holly Reid from UWRF.

Also Thanks a lot to Wisnu Rifani

Sumber Tulisan :  berdasarkan hasil wawancara dengan Afonso Cruz.

Sumber Foto      : Afonso Cruz

Info  Ubud Writers & Readers Festival

4 COMMENTS