Masih Ada yang Tersimpan Jauh (Mini Fiksi Sepanjang Tahun)

0
701

women sketch

“Seperti melipat kain  hampir sekujur tubuh, rapi dan penuh hati-hati. Inilah panggung  sepanjang tahun ini. “

Tentang Kaki

Dia bernama kaki. Namaku juga kaki. Apakah kami bisa disebut kembar? Sama sekali tidak. Meski bentuk kami nyaris sama. Bukan itu saja, suara tangisan, rute yang dilewati, buku dongeng, balon-balon di sore hari, cara tertawa, gaya ambek, berlari, spontan, ketus, musik, obrolan tak penting, pura-pura tak peduli, drama, dan kita berdua menyukai lelaki yang sama – walau terkadang kamu melirik lelaki lain yang mempunyai kaki tanpa batas secara diam-diam. Dia bukan seniman, tapi..Sstt, Anominus. Yang membedakan aku dan kamu adalah aku kerap dipanggil si kanan dan kamu, si kiri.

Novel, Bra, dan Whatsapp

Suatu saat di jalan panjang. Panjang berbisik rahasia. Rahasia liar yang sengaja melepaskan tali. Tali bra, si penganggu tukang ketik. Ketak-ketik-ketuk yang melulu dikejar-kejar pesan whatsapp. Whatsapp yang meneror novel tentang betapa romantisnya masa muda dan tragedi. Tragedi yang tiap dituliskan, keesokan harinya jadi pemberitaan seisi dunia.

Drama si Ayank

 Dia menjerit hampir seluruh nyawa, sampai satu rumah menutup telinganya. Kecuali aku. Karena aku selalu suka di bagian itu. Keseluruhan bagian antara dia dan hatinya. Dan hal ini kerap menyambar partikel-partikel yang getarannya nyaris membuatku terpental. Sebabnya, aku suka mengulang kisah orang ke bentuk fiksi-fiksi yang terbaca maupun yang tak terbaca orang. Para fiksi yang entah selalu ada kaitannya denganku. Drama-drama yang kerap membuat orang sebal, padahal hidup adalah drama. Drama yang sengaja ataupun tidak sengaja tercetus oleh kita sendiri. Drama yang bercerita tentang diri. Lalu, apalagi yang bisa disembunyikan?

Drama. Hmm, aku selalu suka drama. Begitu juga dia. 2015 adalah waktu menunggu drama yang dituliskan oleh dia melalui pikiran, perasaan, dan jari-jari yang semoga tidak kehilangan angannya.

Masih Ada yang Harus Dirahasiakan

Tidak boleh dituliskan. Apalagi diceritakan melalui mulut kepada siapa pun. Ini rahasia, Bung!

Gaun yang Digantung di Tali Jemuran

Jemuran di halamanku sangat tahan terhadap terik matahari. Berbentuk tali kawat. Suatu hari, sebuah gaun digantungkan di situ. Sepanjang tahun.

Sepanjang tahun, bukan gaun itu saja yang digantungkan. Pertama yang digantungkan adalah Pigura sang mantan. Januari sukses memusnahkanya. Kedua, ialah titik nol. Februari berhasil menarik kaki dari kedalaman laut paling dasar ke jalan bernama titik nol. Ketiga, mengutak-atik identitas. Maret sedikit melupakan dan lebih terpikat topik yang mengiurkan. Keempat…

“Stop! Aku tahu keempat dan yang selanjutnya. Pertanyaanku, mengapa aku ditaruh di paling akhir?” tanya gaun berwarna putih gading. Di Sepanjang tahun ini, dia selalu saja protes. Urgh!

“Karena, mungkin memang begitu jalannya,” jawabku. “Jangan khawatir, tahun ini kau berada di urutan pertama,” bisik pikiranku.

Perempuan yang Menyetrika Kekusutan

Satu perkumpulan wanita-wanita yang pekerjaannya menyetrika baju di salah satu binatu jalan itu. Sebelum disetrika, baju-baju tersebut direndam, dikucek, dibilas, dan dijemur. Maklum, tidak pakai mesin cuci otomatis.

Mereka terdiri 5 orang perempuan yang kedua tangannya memiliki kekuatan ajaib. Rasanya, semua wanita di bumi mempunyai kemampuan ajaib ini. Namun, uniknya, mereka selalu menyetrika baju yang penuh kusut. Tidak ada satu lembar pun baju yang licin atau paling tidak, sedikit lecek.

“Ini binatu atau binatu?” tanya perempuan kedua menggumal.

“Tapi larisss…” seloroh  sarkasme perempuan ketiga.

“Sampai kapan cara tradisional bertahan di tengah modernitas?” perempuan pertama menyeringai.

“Bagaimana kalau kita pindah tempat kerja?” usul perempuan keempat.

“Usulan yang bagus dan bisa bukan usulan bagus,” jawab perempuan kelima sambil memicingkan mata.

“Loh, kenapa?” tanya mereka serempak.

“Karena kusut bisa menjadi licin. Sebelum licin, pasti ada kusut,” perempuan kelima menjawab nyengir.

“Ah, ora ngertos aku. Dasar tukang setrika!” teriak perempuan pertama yang dianggukkan oleh perempuan lainnya.

Di Hadapan Mata

“Mengapa jauh-jauh mencari jodoh, sedangkan di depan mata berkeliaran?”

Cinta menyulam sendiri romannya. Mekar-mekar suteranya. Memang terjal menyelusurinya. Dua pucuk yang mengembang indah. Tertangkap bintang jatuh. Memohon menjadi satu. Satu yang tampak abstrak. Namun, nyata.

Dan, rasanya seperti mengulam kembang gulali.

Di depan mataku, kawan?!

Planet 8

Observasi. Observasi. Observasi. Done!

Simptom. Simptom. Simptom. Clear!

Sesi. Sesi. Sesi. Who told you the application never easy?

Preventation. Preventation. Preventation. Ups, ini modifikasi bahasa, ya?!

Dan, kamu-kamu tidak pernah mengerti apa yang telah tertuliskan

Selesai

Seperti kain memutari tubuh dengan rapinya. Yang mau tak mau mesti diperlihatkan khalayak. Rahasia-rahasia yang tertumpuk tak bakal abadi. Sepanjang tahun ini yang harus selesai…