“Hujan Bulan Juni”

0
727

..Hujan bulan Juni..

Bagaimana bila diganti “Hujan Bulan Juli”?

Resahkah kau, Wahai Sapardi-ku..?

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

Karena Juni

Bercerita soal ketahanan hati

Di antara pepohonan cemara, udara dingin dan gebyar hujan

Menyimpan rahasia yang ditaruh ke dalam secangkir kopi

lalu, apa kerja pohon berbunga yang kaumaksud itu?…

tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

Juni punya banyak mata-mata

Digoda oleh kaki-kaki nakal

Dan dihapus bersih ribuan huruf

Ragu tapi masih di Juni

Tiba-tiba saja, Juli merayu lebih mahal

tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

Juni adalah tukang timbun kronologi

Berkumpul ramai di bawah samudera

Lalu, Membisu agar lainnya menjadi sederhana

Dijilati , dikunyah dan ditelan

Namun, Di Juli, Hujan semakin deras

Dan, Juli  menyimpan taktik rindunya sendiri di akar pepohonan itu

Berharap, Agar setiap musim kuasa mendentumkan kata sebuah rindu dengan elegan…

Hujan Bulan Juni adalah kreator rindu

Hujan Bulan Juli adalah Rindu yang menyebar kemana-mana…

Wahai, Kekasihku, Sapardi, Beginikah rindu yang kaumaksud itu?…

Hujan Bulan Juni adalah kelanjutan Hujan bulan-bulan selanjutnya

NB: Puisi Sapardi Djoko Damono