1.
Kerlap-kerlip lampu kotaku. bukan di malam, melainkan pagi
ketika dia menjual setengah rindunya kepada seorang gadis,
dan sekejap tubuh gadis itu terang-menderang
karena tlah membeli Rindu milik Afrodit.
Hati-hati siapa pun bisa dirindunya
2.
Bangku panjang itu menua
Dicuri waktu yang datang mengindik-indik
Menyerut serabut kayu
Yang berarti rinduku ‘kan terkikis sebelum tua
3.
Antara Athena dan Hera
Antara pohon zaitun dan tongkat lotus
Mendiami bangku panjang ratusan tahun
Menanti manusia yang membongkar rindu di bawah bangku panjang
Pertanyaannya adalah “Adakah?”
4.
“Buat apa aku peduli kepada seorang yang tidak mengubrisku?”
Ouch, ada penyair yang sedang mengadu pada ilalang, pada bola-bola bekel, pada jam weker, pada tisu gulung, terakhir, pada boneka lilin penari Srimpi.
Kemudian sembari menuntaskan Oktober, Dia mengajak semuanya bermain di sebuah taman, Di bangku panjang berwarna putih
Konon, dua kekasih selalu duduk menjelang senja. Suatu hari, senja menghilang begitu saja. Keduanya bertekad menaruh kotak rindu, berjanji tuk kembali membuka kotak mereka seratus tahun kemudian, berharap senja hadir kembali. Tapi, sang senja tidak pernah lagi datang. Hilang tanpa sebab.
Dia. Lelaki dengan kehendak-kehendak usang. Menulis syair-syair yang tak pernah sampai ke kaki langit. Namun, tersangkut di gelas sampanye. Dan dia tidak pernah tahu letak gelas itu berada.
Ketika penyair bermain kelereng di taman, hujan kapas turun perlahan, membelai dia dan semua benda itu. Sekejap, mereka menganga. Mulut mereka semakin lebar karena hujan bersuara,”Temukan kotak rindu itu.”
Penyair dan ilalang, bola bekel, jam weker, tisu gulung, boneka lilin penari Srimpi tidak berhasil menemukan dua kotak rindu.
“Bagaimana bisa menemukannya sedangkan kotak rindu itu tidak ingin dicari. Persis dengan Dewi yang selalu terlelap bila kupanggil-panggil,” Lirih sang penyair.
Penyair itu membuka matanya, masih bersandar. Ya, hanya kenangan yang tertinggal di bangku panjang ini. Tak ada lagi kotak rindu, bola bekel, ilalang, jam weker, tisu gulung, boneka lilin penari Srimpi. Apalagi si Dewi.
Untuk sepotong rindu yang tak pernah lunas. Aku mengikhlaskannya.
Terinspirasi dari sebuah lagu “Someone” by Grand Funk Railroad