Sajak Kecil tentang CInta (Sapardi Djoko Damono) dan dilapisi puisi SN

3
786

Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintaimu harus menjelma aku

* Mencintai angin harus menjadi siut~(Sapardi)

~SN~
Angin, itukah namamu?
Jika iya, mengapa bilik tak pernah bosan mencintaimu
Di sini tlah terbang berkali-kali, berdesing tak hanya sekali
Ya, kau bawa aku bernyanyi bersama nyaring siulanmu
Jadi pandaikah aku bila aku menjelmamu?
Karena berkali-kali pula, berbagai prahara cinta kau tebaskan
Lunglai berulang-ulang hingga batin menciut sakit
Tak ubahnya Gejolak kasmaran bertubi-tubi datang dan datang kembali
Sudah pantaskah aku berada di sampingmu, Angin?
Jatuh dan bangun sekian kali pada satu nama;Angin

* Mencintai air harus menjadi ricik ~Sapardi~

~SN~
Air, Ya seperti itu aku mencintaimu, mengalir..
Ruang ini menggigil terpapar, mendengar panggilanmu
Rela disambut suara, bergelombang gemuruh tinggi
Aku pun teringat kecupan-kecupan nakalmu di musim dingin saat itu
Bisikan-bisikan cintamu menyeruak, beningkan hati keruh
Samudera, katamu tak bisa pisahkan kita karena
Ujung-ujungnya kita kan bertemu, tak usah hirau ia bergemericik tenang atau deras
“Itulah aku sebagai air, pasang surut itu hanyalah sebuah kisah tuk memenuhi perjalanan kita,”ucap kekasihku, Air..

* Mencintai gunung harus menjadi terjal ~Sapardi~

~SN~
Gunung, benarkah harus menggapaimu menapaki curam?
Bukankah kau berdiri tegak gagah untuk hanya menarik perhatianku?
Jika begitu, mengapa harus ada keringat keluar dan penjuangan tiada henti?
“Cinta itu perlu pembuktian. Bila pengorbananmu diberi tanda penghargaan, berarti kau cinta aku,” itu alasanmu, sayangku, wahai sang gunung.
“Lalu, bagaimana pembuktianmu terhadap aku, kekasih?” tanyaku.
“Aku ciptakan tebing dari kedua kakiku, sebagai penyanggah ketika kau lemah, dan tubuhku terbentang luas, aku buat untuk memelukmu erat sekaligus memberimu kenyamanan. sejuknya aku agar kita selalu berhawa kasmaran.” “Aku adalah lawan jenismu, terlahir mencintaimu, dan tak ada cinta tanpa terjal. aku pun lahir penuh terjal, biar dunia tahu, cinta itu harus menjadi kokoh sampai akhir jaman merenggut kita dari alam,” lanjutmu, pangeran gunung.

* Mencintai api harus menjadi jilat ~Sapardi~

~SN~
Ah, kobaran asmara amat bergeliat di dinding sukma
Tak kuasa menahan liukan gelora, menarikku turut terbakar
Cahaya menari di pusaran, tak henti merayu dan menggoda
Mencintaimu, aku hangus. Namun tak pudar, melainkan tergenggam
Menyatu dalam baramu. Aku dan kau menjadi Api. Meletup rongga bahagia.
Di udara menari semangat tuk selalu bangun mendekap cinta dan kehidupan.
Begitulah seharusnya hidup, saling menjalar satu sama lain, hanya tuk menyatu.
Ya, aku dan kau, adalah satu.

* Mencintai cakrawala harus menebas jarak ~Sapardi~

~SN~
Cakrawala,ilmu dan energiku harus sepenuh bimantara. Luas.Luas sekali.
Sudah sepatutnya mampu membaca, siapa dirimu- belahan jiwaku.
Semua bisa dilangkahi. Semua aral mampu ditebang.
Mata hati terbuka. Jalan terbuka. Membuka aku tuk dirimu.
Tak peduli seberapa jauh jarak, aku dan kau menerjang dunia.
Tak hanya tuk meraih, tapi jua mempertahankan cinta.

* Mencintaimu harus menjelma aku~Sapardi~

~SN~
Ya, aku adalah aku. bukan dia, dia, dia atau siapapun.
Aku, diri sendiri. Perempuan, apa adanya aku.
Lagi-lagi aku..tak pernah jemu menggagumimu. Memujamu.Menikmatimu.
Aku. Perempuan.Bukan jelmaan. Bukan imajinasi. Tuhan, jaman, perjalanan , maka muncullah aku.
Lebih atau kurang, inilah aku. Perempuan yang berkali-kali mencintai kau.
Aku dan kau; Sampailah di akhir hayat, Tuhan !!..

3 COMMENTS